Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bukan Coca-Cola, Christiano Ronaldo Cs Terancam Pulang Lebih Cepat Karena Ini

20 Juni 2021   17:18 Diperbarui: 20 Juni 2021   17:30 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nampaknya insiden botol Coca-Cola yang disingkirkan bintang Timnas Portugal, Christiano Ronaldo yang membuat saham perusahaan minuman tersebut anjlok juga dibawa-bawa dalam kekalahan Portugal atas Jerman dengan skor 2-4 dalam lanjutan laga Grup F, Piala Eropa 2021.

Beberapa pihak yang saya katakan jahil mengatakan bahwa ini adalah buah karma daripada gestur Ronaldo yang tak biasa tersebut. Maklum saja, ini tentu tidak bicara soal hak personal Ronaldo semata tapi bicara tentang hak sponshorship hingga mungkin ada jutaan pekerja coca-cola yang terancam karena gestur seorang megabintang sepakbola bernama Christiano Ronaldo.

Hanya memang itu hanyalah sebuah cocoklogi semata, karena nalar logis tidak bisa menerima bahwa seorang Ruben Diaz yang cemerlang bersama Manchester City atau Rafa Guerrero, bek andalan klub Jerman, Borrusia Dortmund bisa menceploskan bola ke gawang sendiri karena tak "mengonsumsi" Coca-Cola. Tentu saja tidak.

Satu hal yang bisa dikatakan dari kekalahan Portugal tersebut adalah Christiano Ronaldo Cs bisa saja pulang lebih cepat dari Euro 2020. Tentu saja  bukan karena Coca-Cola.

Kekalahan tersebut membuat Portugal memang masih nyaman di ranah peringkat 2-3, karena memiliki poin yang sama dengan Jerman, akan tetapi bisa saja tersingkir karena hasil tak biasa yang diterima Prancis. Prancis mesti berbagi skor 1-1 dengan Hongaria di laga lain yang berarti satu poin Hongaria dan empat poin Prancis membuat simpul terasa tak nyaman bagi Portugal.

Skenario hasil dan akumulasi akhir poin di Grup F  yang dapat menyingkirkan Portugal seperti ini. Portugal kalah dari Prancis, lalu Hongaria menang dari Jerman, dan akhirnya nilai sama Jerman dan Portugal membuat head to head yang bisa menjadi penentu memaksa Portugal pulang karena tidak menempati peringkat tiga sekalipun.

Seperti diketahui akan ada empat tim peringkat tiga terbaik yang akan melaju ke babak 16 besar, sehingga mati-matian tim adalah bukan saja sekedar menang, tapi jangan menjadi juru kunci sehingga memiliki kesempatan diperhitungkan sebagai bagian dari tim peringkat tiga yang dapat lolos.

***

Hitung-hitungan ini memang nampak aneh bagi Timnas Portugal, apalagi sebagai juara bertahan, skenario harus bergumul sedemikian ketat tentu bukanlah sesuatu yang diinginkan oleh tim berjuluk Le Selecao ini.

Hanya saya terpaksa mafhum Portugal terpaksa berada di situasi tersebut bukan karena ketidakberuntungan tapi pendekatan taktik dari seorang Fernando Santos, allenatore Portugal. Ketidakjelian dari seorang Fernando Santos dalam membaca gaya bermain Jerman mendapat ganjaran setimpal.

Salah satu hal penting yang menjadi catatan saya adalah bagaimana Santos  memilih Danilo dan William sebagai double defensive midfielder dalam melayani skema 3-5-2 milik Jerman. Dalam skenario ini, Portugal dipaksa bertahan lebih dalam sehingga memaksa peran Bruno Fernandez menjadi mubazir.

Fernandez yang tampil ciamik jika Portu bermain terbuka dan ofensif, bahkan hampir tak terlihat di lapangan karena dipaksa untuk turun membantu bertahan. Bisa dimaklumi Fernando Santos memilih strategi seperti ini, karena tiga poin setelah mengalahkan Hongaria di laga pertama bisa jadi nyaman dengna tambahan poin satu poin jika hasilnya imbang.

Akan tetapi hal itu tidak berjalan sempurna bahkan gagal total bagi Santos. Memang Portugal berhasil mencuri gol lebih dahulu dari sebuah serangan balik, tapi persoalan membiarkan Jerman bebas menaikkan garis serang mereka terlampau mahal harganya.

Perhatikan saja, kedua sayap Jerman, Robin Gosens dan Joshua Kimmich bebas bergerak, karena Nelson Semedo dan Rafa Guerrero yang hadap berhadapan dengan mereka namapk kikuk karena tidak terbiasa untuk bertahan saja, seperti lupa ingatan untuk menyerang.

Apalagi ditambah dengan pergerakan dinamis dari Kai Harvetz, Serge Gnabry dan Thomas Mueller yang mengacak-acak seraya memancing mereka untuk masuk ke gari kotak penalit, membuat ruang kosong di sektor garis pinggir kiri dan kanan pertahanan.

Ketidakmampuan gelandang untuk menguasai bola lebih banyak dan bek sayap yang pontang-panting karena harus bertahan saja membuat Portugal benar-benar kepayahan.

Di awal babak kedua, Fernando Santos sempat menyadarinya. Renato Sanchez masuk lapangan, bahkan Bruno Fernandez digantikan Joao Moutinho akan tetapi sudah terlambat bahkan masih kurang akurat.

Maksud saya begini, Jerman sudah terlampau percaya diri dengan keunggulan mereka 2-1, selain itu Fernando Santos juga ragu untuk menarik keluar bek sayap yang notabene lemah dalam bertahan khususnya Nelson Semedo.

Semedo menjadi titik paling lemah bagi Portu karena tak mampu menahan pergerakan Robin Gosens. Santos merasa bahwa memasukkan Renato akan mampu menghentikan Gosens. Ternyata tidak, Gosens terus tampil menggila di laga tersebut sehingga diganjar man of the match.

Saya kira ini yang membedakan pendekatan Santos dan pelatih Prancis, Didier Deschamps. Ada dinamisasi yang dimainkan oleh Deschamps saat meladeni Jerman. Bek kiri, Lucas Hernandez lebih dipilih karena lebih bisa bertahan dibandingkan dengan Lucas Digne--yang dimainkan saat melawan Hongaria.

Bukan itu saja, Rabiot, Pogba dan N'Golo Kante menjadi gelandang yang sangat seimbang dalam bertahan maupun mampu menjadi kreator serangan. Inilah yang membuat Prancis lebih mampu menahan dan mengalahkan Jerman.

Bagaimana di laga terakhir nanti. Saya sendiri akan menunggu evaluasi dari Fernando Santos dan pendekatan taktik yang dipilihnya untuk melawan Prancis. Pendapat pribadi saya adalah siapa yang lebih kuat di tengah, dengan pendekatan taktik yang tepat tentunya, dialah yang akan unggul. Sampai laga pamungkas, grup ini akan tetap menarik.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun