Hinca Pandjaitan, Sekjen Partai Demokrat nampak sumringah saat mengomentari celetukan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dalam acara penandatanganan kesepakatan bersama PT Transportasi Jakarta dan Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia tentang Kolaborasi Tridharma Perguruan Tinggi yang disiarkan secara virtual, Kamis (1/4/2021).
"Lalu kami matur ke Pak Presiden, kalau kita mau transportasi tapi nggak punya kewenangan, itu akan sulit. Minta supaya stasiun di Jakarta dikelola oleh DKI. Untungnya, Presiden mantan Gubernur DKI," kata Anies dalma momen tersebut.
Frasa "presiden mantan gubernur" ini dikomentari Hinca. Bagi Hinca, penggunaan frasa ini memiliki maksud, maksud politis tentunya. Hinca berpendapat bahwa diksi ini sudah disiapkan oleh Anies sebelumnya.
"Frasa yang diucap oleh Anies cukup menarik. Sekilas, yang ia ucap adalah fakta. Tapi tentu diksi itu saya yakini telah disiapkan oleh Pak Anies. Ia susun sedemikian rupa, tapi saya tidak ingin berspekulasi tentang maksud dan tujuannya," kata Ketua Dewan Kehormatan PD Hinca Pandjaitan kepada detikcom, Jumat (2/4/2021) dikutip dari Detik.com.
Bukan itu saja, lebih menariknya, Hinca juga lebih jauh menyamakan sepak terjang Anies dengan kiprah pelatih Glasgow Rangers, Steven Gerrard. Seperti diketahui, Gerrard yang juga adalah legenda Liverpool itu, pada akhirnya mampu membawa Rangers menjuarai Liga Skotlandia.
Menurut Hinca, Steven Gerrard itu adalah pelatih yang cerdas, sedemikian juga Anies. Presiden mantan gubernur memang ada maksudnya.
Jika saya lihat secara linier pernyataan Hinca ini, saya sepakat bahwa diksi yang dipilih oleh Anies memang disengaja. Anies dikenal selama ini amat detail soal pemilihan kata-kata dalam kalimatnya.
Anies bukan saja mengobral, tetapi sering mencoba mengundang obrol dengan gagasan melalui kata-katanya. Artinya, diksi "presiden mantan gubernur" adalah ibarat ringtone bernada politis, sinyal menuju pilpres 2024.
Wajar saja jika demikian, Anies memang perlu bergerak cepat---minimal melalui kata-katanya. Sebuah alasan yang dapat dikemukakan adalah  bahwa Anies akan kehilangan panggung, kurang lebih dua tahun, karena masa jabatannya sebagai Gubernur DKI akan berakhir pada 2022, diganti PLT.
Secara politis, saya kira akan berpengaruh. Kapasitas Anies sebagai seorang gubernur membuat dirinya masih mampu untuk mengeluarkan pernyataan-pernyataan seperti ini, tetapi jika tidak lagi, menuju 2024, sekitar dua tahun, Anies perlu berpikir keras, bagaimana celah itu dapat dimanfaatkannya.
Salah satu jalan yang ditempuh oleh Anies adalah semakin nyaring untuk memberikan sinyal kesediaan dirinya untuk menuju 2024. Untuk apa? Untuk dipinang partai politik tentunya. Sebagai non partisan, ini semacam PR besar bagi Anies, segera memastikan gerbong, agar kerja politiknya pasca 2022 nanti tidak sebesar saat ini.
Inilah yang membuat saya mendapatkan benang merah dari pernyataan Hinca Pandjaitan. Maksud saya seperti ini, bukan sekedar Anies yang memberi sinyal, Demokrat melalui Hinca juga sedang memberi sinyal bahwa Anies akan diusung Demokrat nantinya.
Seperti tiba-tiba kan? Wajar saja, Demokrat nampaknya sedang dalam kegembiraan, plong setelah Kemenkumham secara resmi menolak kepengurusan Demokrat versi KLB Siblangit alias kubu Moeldoko.
Hanya, yang mengundang tanda tanya bagi saya adalah pemilihan tokoh Steven Gerrard yang dipilih oleh Hinca Pandjaitan. Jika maksud Hinca ini akan menjadi jalan bagi Anies menjadi presiden setelah menjadi gubernur seperti Gerrard, saya bisa mengatakan bahwa Hinca bisa saja salah besar.
Okay, Gerrard berhasil membawa Rangers menjadi juara Liga Skotlandia, tetapi soal kapasitas untuk naik ke level yang lebih tinggi, saya meragukannya.
Gerrard sudah dari Juni 2018 dan baru saat ini dia menjadi juara, artinya Gerrard dapat disebut beruntung karena Liga Skotlandia nampaknya tidak sekejam liga-liga elit Eropa, seperti Inggris, Spanyol atau Italia yang mudah saja memecat pelatih jika dianggap gagal.
Liga Skotlandia bahkan jika harus menyebutnya adalah liga kasta kedua atau ketiga di Eropa, sehingga menjadi kampiun di Skotlandia bukanlah menjadi jaminan pati bahwa sang pelatih nantinya akan sukses atau berhasul di liga yang lebih bergengsi.
Paling anyar, Gerrard didesas-desuskan akan menjadi suksesor Jurgen Klopp di Liverpool. The Reds memang sedang inkonsisten penampilannya di liga domestik, sehingga wajar jika gosip ini hari demi hari semakin santer terdengar.
Lalu apakah seperti pengibaratan Hinca, Gerrard akan berhasil. Ah, sudah banyak pelatih yang pernah menjadi legenda di klubnya dan gagal total saat melatih.
Nama-nama seperti Frank Lampard, Gennaro Gatusso adalah sedikit yang menjadi contoh, saya juga yang termasuk ragu dengan Gerrard. Saya pikir, sekelas Brendan Rogers saja yang bertahun-tahun menjadi kampiun di Skotlandia juga pada akhirnya keok saat diberi kepercayaan melatih klub lebih besar seperti Liverpool.
Jika demikian, diksi "presiden mantan gubernur" artinya hanyalah bahasa bersayap yang memang mengundang balasan sinyal secara politis. Â Hal yang lumrah, apalagi jika dikaitkan dengan Anies yang dikenal pandai melahirkan diksi-diksi menarik.
Tinggal kita tunggu, selain Hinca alias Demokrat siapa lagi yang akan menyambut sinyal bersayap tersebut.
Soal kapabilitas, biarkan Gerrard yang memang sedang dipuja-puji karena mampu memastikan juara dengan selisih 20 poin dari Celtic, dengan 6 laga tersisa itu paripurna merayakannya. Anies masih perlu lebih berusaha agar sinyal-sinyal ini mendapat sambutan hangat. "Presiden mantan gubernur" masih sangat jauh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI