Dulu menurut saya semasa menjadi Walikota Surabaya, Bu  Risma memang terlihat gemukan, saya tidak menyebutnya sebagai obesitas tetapi menurut saya ya memang nampak gemuk. Tidak masalah sebenarnya, karena bagi saya gemuk itu tanda bahagia. Menurut saya lho.
Hari ini, saya membaca berita tentang Ketua Umum PDIP, Megawati yang menceritakan tentang Risma yang sekarang terlihat kurusan.
Cerita Mega yang katanya memang sering saling cerita dengan Risma ini, kekurusan ini terjadi karena Menteri Sosial itu terlalu banyak berpikir tentang kondisi masyarakat yang dia jumpai sedang menderita.
Risma diceritakan Megawati adalah orang yang terus berpikir bagaimana caranya untuk bisa menolong orang-orang tersebut. Bukan saja berpikir, tetapi Risma juga menjumpai, bercerita dengan mereka dan mencarikan solusi.
Saya lantas seperti berusaha membuktikan perkataan Mega lalu menonton video anyar yang memperlihatkan Risma. Iya, benar kata Mega, Risma memang sudah bertambah kurus, terlihat dari pipi, dan bahunya. Bahkan menurut saya terlihat lelah.
Pikiran saya lalu mundur di waktu dimana Risma belum lama dilantik menjadi Mensos, saat itu Risma menjadi pemberitaan, bahkan diseret ke politik, karena dianggap bersinggungan kerja dengan Gubernur DKI, Anies Baswedan.
Wajar saja, Risma kabarnya memang diminta datang dari Surabaya untuk menjadi calon penantang Anies di Pilkada DKI mendatang. Tak ayal, banyak ang mengkritisi dan menyindir beberapa geliat yang dilakukannya, padahal memang itu tugasnya.
Kala itu, saya lalu berpikir, beban Risma menjadi lebih berat, karena gesekan politik nampak lebih sering dan keras, dibanding saat dirinya menjadi Walikota Surabaya. Jika politik menuju kursi Pilgub DKI itu seperti hutan, maka saya sempat bergumam untuk apa yang dialami Risma, "Welcome To The Jungle".
Ketika Risma dikonfirmasi kembali tentang tubuhnya yang kurus, Risma menjawab seragam seperti yang diceritakan Megawati, malah ketika menyebut apakah dirinya kurus karena sibuk, Risma nampak mengelak, di Surabaya dia menceritakan bahwa dirinya biasa bekerja hampir 24 jam.
Lalu mengapa Risma kurusan? Sekali lagi saya menduga ini soal beban pikiran karena transisi geliat politik di sekitarnya, sehingga mungkin benar kata saya di prolog tulisan, gemuk itu tanda bahagia, kurus mungkin sedang tak bahagia.
Apakah Risma tak bahagia? Sekali lagi, maafkan sebelumnya karena saya mungkin amat subyektif menilai ini. Bagi saya, Risma itu tulus dalam melakukan tugasnya, ambisinya terpagar dengan ketulusannya.
Maksud saya begini. Secara partai, mungkin PDI-P benar menyiapkan dirinya untuk tampil di panggung yang lebih besar, sebut saja Pilgub DKI atau bahkan Pilpres 2024, akan tetapi Risma tidak atau belum siap untuk itu.
Pikiran Risma belum sampai kesana karena dia masih sibuk berpikir akan tugas dan pelayanan yang diembannya. Pikirannya untuk masyarakat, bukan untuk panggung politik.
Di titik ini, Risma tentu akan bersinggungan dengan hal yang tak disukainya, bahkan menurutnya menjadi penghalang untuknya. Dia tak bahagia untuk itu, beban pikirannya berganda, dibebani pikiran politik dan pikiran melayani.
Tak mudah berada di posisi seperti Risma jika demikian adanya. Saya hanya berharap, agar meski kurusan Risma tetap sehat. Dia salah satu pemimpin yang menurut saya dapat menjadi teladan atau inspirasi, sayang tenggelam begitu saja karena tak bahagia. Semoga sehat selalu Bu Risma.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H