Iya. Begitu paling tidak jawabannya dari kuisioner yang dibuat oleh beberapa akun twitter yang menampung ribuan penggemar Juventus saat ini. Jika saya amati, jawaban ini memang sedikit berbeda sesudah Juventus kalah dari FC Porto di alga perdelapan final Liga Champions.
Saat itu, bukan Andrea Pirlo yang dinilai pantas menjadi pesakitan tetapai manajemen Juventus seperti Pavel Nedved, Fabio Paratici atau bahkan Andrea Agnelli.
Manajemen dianggap gagal menghadirkan pemain berkualitas di Juventus sehingga membuat Pirlo tak leluasa mengaplikasikan idenya di Juventus. Begitu kira-kira.
Akan tetapi, cerita menjadi lain setelah Juve dihajar Benevento di kandang sendiri,0-1. Juventus yang seharusnya meraih poin penuh, mendekatkan diri ke puncak klasemen yang ditapak Inter Milan, seperti mendapat tamparan keras.
Level permainan yang ditampilkan melawan Benevento menunjukkan bahwa Juve tak pantas ke puncak, atau bahkan berada di tiga besar, karena setelah kekalahan tersebut jarak semakin jauh terhadap pemuncak klasemen ataupun AC Milan sebagai runner-up.
Okay, Juve merana, tetapi kembali ke judul tulisan ini, perlukah Juventus memecat Andrea Pirlo (sekarang ini)?
Menurut saya, ini memang tergantung. Tergantung kepada target manajemen Juventus untuk Pirlo, yang memang mempengaruhi, apakah Pirlo akan diberikan kesempatan lagi atau tidak.
Maksud saya begini. Setelah Juventus dihempas Porto, Pirlo mengatakan bahwa era yang dibangunnya baru sedang dimulai. Maksud Pirlo bisa diartikan bahwa Agnelli memberikan kesempatan kepada Pirlo untuk lebih dari semusim untuk membangun tim.
Kabarnya Pirlo dipilih memang untuk mengubah gaya bermain Juventus yang dimasa Masimiliano Allegri, terlihat defensif dan tak atraktif, meski saya lebih memilih menyebut gaya Allegri sebagai balance, atau keseimbangan. Saat itu seiring dipecat Allegri beredar pameo bahwa menang tanpa bermain indah adalah kesia-siaan.
Akan tetapi, apakah hal tersebut berarti tidak ada batas manajemen untuk menolerir kekalahan demi kekalahan Juventus di bawah Pirlo saat ini?
Saya menduganya tidak demikian, Juve terlahir sebagai tim pemenang, bersaing pada level tertinggi, sehingga kekalahan dan membuat Juventus terlempar dari empat besar maka bisa dikatakan sebagai sebuah petaka.