Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kapan Nazaruddin "Dimainkan" oleh Demokrat Moeldoko?

21 Maret 2021   12:13 Diperbarui: 21 Maret 2021   12:25 1199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin keluar dari kantor Bapas Bandung, Jalan Ibrahim Adjie Kota Bandung. Hari ini Nazarudin dinyatakan bebas murni, Kamis (13/8/2020). (Sumber: KOMPAS.COM/AGIE PERMADI)

Saya merasa kisruh Demokrat AHY dan Demokrat hasil KLB Deli Serdang yang sering disebut dengan Demokrat Moeldoko sedang adem-ademnya, khususnya setelah Demokrat Moeldoko mengaku telah mendaftar di Kemenkumham dan sedang menunggu hasil verifikasi. Adem-adem itu bukan berarti damai ya, ini mungkin ibarat hanya seperti sedang istirahat karena sedang mengantri saja.

Kisruh ini jika dipadang dari kacamata awam saya,  mungkin akan berujung pada keputusan Kemenkumhan, manakah kepengurusan yang sah, atau tidak. Kabar teranyar Kemenkumham, langsung melalui Menteri Yasonna Laoly menyebut bahwa berkas Demokrat Moeldoko masih belum lengkap sehingga belum bisa diverifikasi dan diputuskan seperti apa.

Apakah ini berarti bahwa jika Demokrat Moeldoko tidak diakomodir pemerintah makan kisruh ini akan selesai? Dinamisnya politik mengisyaratkan bahwa tidak semudah seperti itu melihat kekisruhan yang terjadi. Mengapa? Karena masih banyak amunisi yang belum dikeluarkan kedua pihak, tergantung opsi.

Di atas kertas saya melihat bahwa Demokrat Moeldoko akan sulit diakomodir, dengan catatan penting bahwa itu yang terlihat di panggung belakang, di panggung belakang, Demokrat Moeldoko tidak akan menyerah begitu saja. Pertanyaannya dengan modal apa? Jawaban paling mungkin adalah dengan amunisi atau senjata rahasia bernama Nazaruddin yang sampai hari ini nampak belum bersuara atau "dimainkan" oleh Demokrat Moeldoko.

Duga menduganya bisa seperti ini, Nazaruddin lagi ditahan atau bisa jadi sudah "bermain" namun tak kelihatan. Tujuannya jelas, win win solution, Demokrat Moeldoko tidak ingin menjadi abu di laga kali ini, mereka mengingkan ada jalan tengah, yang bentuknya hanya diketahui oleh kedua kubu.

Nazaruddin bisa menjadi kartu as, karena Demokrat AHY masih dikelilingi tokoh lama, simpatisan SBY yang masih menjadi pejabat teras disana.

Sedari awal, saya sudah memperkirakan bahwa ini akan menjadi titik lemah Demokrat AHY, ketika banyak pengamat politik menilai bahwa Demokrat AHY berani berhadapan dengan kudeta yang melibatkan lingkar istana karena digawangi kader baru yang sudah lepas dari noda lama Demokrat, yakni gurita korupsi beberapa waktu lama. Tidak demikian, dan tidak semudah itu.

Nazaruddin yang lama sebagai bendahara umum Demokrat, tahu benar isi perut, isi kepala kader lama Demokrat yang masih ada. Saya tentu tidak perlu menyebutkan nama, tetapi dalam kekisruhan ini, mereka ada di garis depan bersama AHY juga.

Nazaruddin bisa saja membuka kedok, geliat atau tabiat kader ini, bahkan bisa saja menggiring yang lebih besar untuk pada akhirnya membuat Demokrat bisa saja selesai dalam konteks konflik yang terjadi saat ini, tetapi akan tercabik-cabik dari sisi popularitas. Sesuatu yang sebenarnya lambat laun sudah menguat di Demokrat saat ini.

Harganya akan terlalu mahal jika itu terjadi, apalagi proyeksi 2024 tinggal beberapa tahun lagi. Artinya apa? Mau tidak mau jalan tengah harus diambil, karena faktor Nazaruddin ini. Bagaimana jalan tengahnya? Saya tidak tahu persis, tetapi berdamai, mengakomodir beberapa tokoh untuk masuk kembali, dan bahkan seperti islah bisa saja terjadi.

Jika hal itu terjadi, Demokrat akan menguat, akan tetapi posisi mereka secara politik mungkin saja berubah. Jikalau ini yang terjadi, maka hitung-hitungannya tentu akan berubah sekali, dan ini sekaligus menegaskan bahwa luka lama Demokrat masih menganga, karena faktor Nazaruddin masih bisa digunakan dalam friksi yang terjadi. Kita tunggu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun