Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jika Cerdik, "Politik" Resign Bisa Naikkan Gaji Bahkan Jabatan

16 Maret 2021   20:24 Diperbarui: 28 Agustus 2021   21:28 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi: shutterstok via tribunnews

Seorang teman baru selesai menceritakan situasi di kantornya, tentang seorang rekan kantornya yang sebutnya menggunakan politik resign dan sukses atau berhasil.

Oke, apa yang dimaksud dengan politik resign tersebut? Menurut ceritanya demikian. Beberapa waktu lalu, rekannya itu beberapa kali curhat bahwa dirinya akan resign atau mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai seorang asisten manajer operasional.

Alasannya sungguh manusiawi, tidak mau meninggalkan istri dan anak yang masih kecil yang kebetulan tinggal di kota lain. Sang rekan yang berposisi manajer ini bahkan sudah menargetkan bahwa akan bekerja hanya sampai di tengah tahun saja.

Awalnya cerita ini memang hanya curhat, tetapi lama kelamaan sampai ke telinga direktur. Tak lama kemudian rekan tadi dipanggil oleh direktur, dan sesudah itu tak ada yang tahu hasil dari pertemuan tersebut. Sang rekan tadi juga tak lantas menceritakan apa yang dibicarakan.

Waktu terus berjalan dan sudah lewat tengah tahun. Rekan kerja itu ternyata tak kunjung resign, dia terus bekerja bahkan nampak semakin bersemangat. Nah, teman saya ini lalu penasaran, menggunakan kedekatannya pada HRD, dia mendapat info penting, bahwa gaji rekannya yang manajer itu sudah naik secara signifikan.

Diduga bahwa isu resign itu membuat direktur merasa perlu untuk bicara empat mata dengan rekan tadi, dan nampaknya cerita tentang waktu kunjung yang kurang dan biaya yang cukup malah untuk kunjung anak istri membuat direktur berpikir keras. Alhasil, kenaikan gaji secara signifikan menjadi jalan tengah asal rekan tadi tidak resign.

Karena itulah, cara ini disebut teman tadi sebagai politik resign, yakni mencapai tujuan dengan beralasan akan resign.

Cerita serupa pernah saya dengar dari cerita teman lain, bahkan bukan kenaikan gaji tetapi juga kenaikan jabatan, dengan cara yang sama yakni akan resign. Beralasan sudah jenuh, dan sudah lama tidak mendapat kenaikan jabatan, alasan itu dikemukakan untuk resign, tak lama kemudian jabatan baru yang sedikit lebih tinggi didapatkan.

Pertanyaannya adalah apakah semua karyawan akan berhasil yang mereka inginkan dengan politik resign ini? Tentu saja tidak, makanya saya menulikan frasa “jika cerdik” di depan judul tulisan. Jika cerdik maka berhasil dan beruntung, jika tidak, maka bisa balik buntung yang didapat.

Maksud saya seperti ini. Taktik politik resign ini akan berhasil jika kita memang memiliki kompetensi yang yahud, memiliki rekam kerja yang baik dan tentu saja jabatan itu bukanlah jabatan yang mudah didapat pelamarnya.

Di kantor itu, menurut cerita, rekan kerja yang adalah asisten manajer operasional itu dikenal memang mampu bekerja dengan baik, relasinya dengan teknisi dan kemampuan menyelesaikan persoalan memang lebih baik dari asisten manajer sebelumnya, bahkan manajer nampak tak bisa berbuat apa-apa tanpa dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun