Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kelesah Demokrat Cikeas Hadapi Siasat "Menghilang" Moeldoko

12 Maret 2021   15:39 Diperbarui: 12 Maret 2021   15:49 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Moeldoko (tengah) tiba di lokasi Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di The Hill Hotel Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (5/3/2021). Berdasarkan hasil KLB, Moeldoko terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat periode 2021-2025.(ANTARA FOTO/ENDI AHMAD)

"Di manakah Moeldoko? Hiruk pikuk tentang kudeta terhadap Partai Demokrat lebih dari 1 bulan terakhir terus menghiasi ruang publik. Keterlibatan orang luar, yaitu KSP Moeldoko jadi biang kerok penyebab. Namun, di mana dia sekarang?" kata Deputi Balitbang DPP Partai Demokrat Syahrial Nasution dalam cuitan yang dibagikan kepada wartawan, Jumat (12/3).

Tiba-tiba keberadaan Moeldoko dipertanyakan oleh Demokrat AHY. Ketua Umum Demokrat versi KLB Deli Serdang itu dianggap menghilang di tengah hiruk pikuk yang terjadi. Lalu mengapa Demokrat AHY lantang menanyakan keberadaan Moeldoko.

Bisa diduga mereka bosan berhadapan dengan pentolan Demokrat KLB Sibolangit seperti Jhoni Allen atau Damrizal. Orang-orang ini adalah kader lama yang pasti omongannya banyak benarnya jikalau menyangkut persoalan internal.

Oleh karena itu, berdebat dengan kedua orang ini, seperti sedang bertengkar dengan anggota keluarga yang diusir dari rumah. Tidak menarik dan tidak elok dilihat tetangga. Tak ada yang menang taka da yang kalah, yang ada hanya malu.

Padahal skema politik yang disasar sebenarnya adalah kudeta yang melibatkan eksternal partai, khususnya melibatkan Kepala KSP, Moeldoko. Inilah yang membuat Demokrat AHY merasa bahwa mereka terzolimi dan tidak mau menganggap ini sebagai urusan internal semata, ini soal demokrasi yang terlukai. Masalah besar ini.

Jika Moeldoko terus tak mau bicara sebagai Ketum Demokrat KLB, maka tak akan bergerak kemana-mana, tak ada bahan untuk saling serang, akan hanya itu-itu saja. Begitu kira-kira jika dilihat dari sisi Demokrat Cikeas atau AHY.

Lalu bagaimana dari sisi Demokrat KLB Deli Serdang, ada apa dari menghilangnya Moeldoko ini.   Penggagas KLB Demokrat lainnya, Hencky Luntungan mencoba menjagwabnya. Hencky menyebut bahwa Moeldoko sedang ada kesibukan melayani rakyat.

"Pak Moeldoko itu kan pejabat negara, tulis saja, dia tidak hanya mengurusi Partai Demokrat. Tapi dia sebagai pejabat negara adalah jadi pelayan masyarakat. Sebagai Kepala Staf Presiden, dia melayani rakyat dulu," kata Hencky saat dihubungi, Jumat (12/3/2021, dilansir dari Detik.com.

Hencky juga menandaskan bahwa Moeldoko tak perlu banyak bicara karena masih ada kader yang dapat mengurus di tengah kekisruhan itu dan selain itu mereka yang memilih Moeldoko, sehingga Moeldoko tak perlu banyak memberikan tanggapan.

Jika kita perhatikan ini memang sebuah trik, ibarat petinju, di atas ring dia tak mau langsung memukul, dia memilih berlari, bertahan, dan sesekali melepas jab, belum ada hook dan uppercut. Sang lawan tentu saja dipaksa untuk berhitung, jika menyerang, bisa jadi dibabat, karena terlalu jauh.

Ini wilayah dimana masih penjajakan. Usai KLB Deli Serdang, kedua belah pihak sebenarnya perlu memainkan trik baru, gaya baru, karena itu perlu waktu transisi untuk melihat bagaimana cara lawan berespon terhadap aksi, reaksi dilakukan setelah merasa perlu. Jika tak perlu maka akan terus ada tarik ulur.

Terakhir, Demokrat Cikeas memutuskan menempuh jalur hukum, apakah Moeldoko akan keluar? Tebakan saya, mungkin tidak. Duel antara Jhoni Allen cs dan Demokrat Cikeas masih ramai, bahkan babak baru di meja hukum bisa berlanjut berbabak-babak. Moeldoko hanya perlu berdiam diri, menunggu bagaimana keberlanjutan kekisruhan ini.

Mungkin saja, tidak mengincar kemenangan. Memang ada petinju yang mencari seri. Floyd Mayweather saja pernah hanya berlari-lari, dan meraih hasil seri. Itu saja sudah cukup. Tinju saja bisa begitu, apalagi politik.

Referensi 1

Referensi 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun