Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mbappe Hattrick, Ini 3 Cara PSG Permalukan Barcelona

17 Februari 2021   05:41 Diperbarui: 17 Februari 2021   18:45 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menit ke-32. Cantik! Di dalam kotak penalti Barca, Mbappe mengontrol bola dengan dada, melakukan dribble di antara Pique dan Lenglet, lalu melepaskan tendangan keras dengan kaki kiri. Gol! Marc Stegen hanya bisa terpana melihat bola melesat cepat masuk ke dalam gawangnya. Sesudah gol ini, Barca seperti sudah tak bisa berbuat apa-apa.

Perhelatan kompetisi paling elit Eropa, Liga Champions dimulai kembali. Di laga 16 besar, dua klub elit, Barcelona bertemu dengan Paris Saint Germain (PSG) di Nou Camp, markas Barcelona.

Laga ini terasa istimewa karena beberapa hal. Mulai dari Barca yang sering mempecundangi PSG ketika keduanya bertemu dan isu tentang kepindahan mega bintang Barca, Lionel Messi ke PSG.  

Karena itulah, sebelum pertandingan, laga pun diperkirakan akan berjalan ketat, meski Barca tetap diunggulkan oleh pengamat bola.

Akan tetapi perkiraan itu keliru, di Nou Camp, Barca dibuat menderita oleh PSG. Serangan balik cepat, bola udara,  set piece dari sayap dengan sempurna dimainkan PSG.  Barca hanya bisa menonton atraksi-atraksi  PSG itu  meski sempat unggul lebih dahulu melalui eksekusi penalti Lionel Messi.

Sesudah itu, hattrick Kilyan Mbappe dan Moise Kean, membuat Barca dipermalukan PSG di Nou Camp dengan skor telak, 1-4.

Apa yang terjadi di lapangan sebenarnya? Jika kita amati dalam laga yang berjalan 90+5 itu, maka ada 3 (tiga) hal yang dapat dikemukakan sebagai alasan keunggulan PSG atas Barca.

Pertama, taktik bertahan 4-5-1 Mauricio Pocchettino yang berjalan sempurna di lapangan, menghempas taktik milik Ronald Koeman.

Semua pengamat setuju bahwa inti dari pertemuan keduanya adalah adu serang, karena kedua tim terkenal offensif dengan pergerakan pemain depan yang dimiliki. Hanya, yang tak boleh dilupakan adalah ketika dua tim ofensif bertemu, cara bertahan mereka menjadi kunci.

Pelatih PSG, Pocchetino dapat dikatakan unggul atas Koeman soal ini di lapangan. Perhatikan saja bagaimana cara PSG bertahan saat Barca menguasai bola, rapat dan compact dalam 4-5-1.

Paredes, Verrati dan Herera akan membentuk tiga gelandang sejajar, di depan Marquinos dan Kipembe, lalu Mbappe dan Kean akan turun ikut menjaga pergerakan dua bek sayap Barca, Dest dan Alba.

Tiga gelandang sejajar itu, membuat ruang Messi menjadi terbatas jika ingin memainkan one two dengan pemain lain, lalu melepas shot seperti biasanya, sedangkan dari sayap, selain Dembele, tak ada pemain Barca yang dapat mendriblle bola lebih lama.

Sesudah ini  berjalan baik, PSG memang tinggal menunggu waktu untuk menghukum Barca. Di leg kedua, jika Koeman tidak mendapatkan anti tesis dari pola ini, maka Barca tidak dapat berharap untuk melaju jauh.

Kedua, bek tengah dan lini serang Barca yang tampil underperform. Penggemar Barca tentu gembira dengan kedatangan kembali Gerard Pique di lini belakang Barca, namun sesudah laga itu, saya yakin ada yang menyesalkan mengapa Pique turun di laga tersebut.

Gerard Pique dan Lenglet seperti dua bek tengah yang baru bekerjasama. Padahal sebelum Pique cedera panjang, ini duet bek yang amat tangguh. Akan tetapi dalam laga ini, keduanya tampil bak amatiran, dan dibawa performa terbaik mereka. Tak heran, di babak kedua Pique dikeluarkan Koeman.

Saya mencatat ada dua gol yang menjadi kesalahan mereka. Pertama, gol cantik dari Mbappe. Bagaimana bisa, Mbappe dapat mengontrol bola di depan Pique dan meliuk di antara Pique dan Lenglet, tanpa ada usaha menghentikannya.

Dari prinsip keseimbangan, lini belakang yang jelek bisa ditutup dengan lini depan yang baik. Hanya, sekali lagi sepeninggal Luis Suarez, Barca seringkali terjebak dalam ruang hampa. Messi sendirian, ketika Griezmann tak bisa berbuat apa-apa, dan pemain lain lebih suka bermain-main di tengah.

Pemain sayap Barca, Ousmane Dembele memang mempunyai gerakan cepat dengan drible yang di atas rata-rata, tapi dia bukan eksekutor yang handal seperti Suarez. Barca tak punya goal getter, ketika berlimpah tukang assist.

Kedu, gol yang dicetak oleh Moise Kean. Itu tugas Lenglet untuk menjaga Kean, tapi mereka berdua (Pique dan Lenglet) terlihat lebih sibuk mengamati pergerakan Marquinhos yang memang dikenal tangguh dalam duel udara, lantar  membiarkan Kean berdiri bebas. Fatal! Sundulan Kean yang sudah berdiri bebas, masuk ke dalam gawang.  Sesudah gol ketiga itu, Barca nampak sudah tamat.

Ketiga, Kylian Mbappe yang sedang onfire. Di laga ini, PSG sebenarnya diragukan dapat berbuat banyak karena cederanya Neymar, tapi Mbappe memang sedang onfire dan membuktikan bahwa dia sudah matang menjadi pembeda di lapangan, bahkan melebihi Neymar.

Di lapangan Barca gagal menjaga Mbappe dengan baik. Serginho Dest, bek kanan Barca nampak kewalahan meladeni pergerakan cepat Mbappe dan akhirnya mesti diganti pemain yang lebih bertahan.

Sebenarnya Barca dapat berharap peruntungan, bahwa pemain yang cepat belum tentu menjadi eksekutor yang baik, tapi sayang bagi Barca, Mbappe tampil kesetanan di laga ini.

Setelah gol pertama yang spektakuler, penempatan posisi yang tepat untuk gol kedua, dan akurasi tendangan di gol ketika, membuat hatrrick Mbappe ini menjadi amat istimewa. Pantas sesudah laga, Mbappe lalu mengambil bola untuk dibawa pulang.

Apakah ketiga hal ini membuat peluang Barca untuk lolos sudah tertutup? Pertanyaan menarik. Bagi saya Barca sudah selesai, jika bicara 3 atau 4 tahun lalu, kemungkinan itu masih ada, tapi saat ini, Barca tak ada harapan.

PSG juga bukan tim yang senang dipencundangi sebelum alga semifinal seperti beberapa musim lalu, dia runner-up yang semakin membiasakan diri untuk tampil matang di kompetisi elit ini.

Kehadiran Pocchetino juga membuat PSG lebih spesial, terutama soal keseimbangan di lini belakang dan tengah. Selebihnya, Mbappe, Icardi, Kean dan Neymar yang akan kembali tinggal menunggu kesempatan untuk membobol gawang lawan.

Keajaiban dapat terjadi, tapi hasil di leg pertama ini terlalu berat bagi Barca untuk membalikkan keadaan di Paris nanti.

Di laga lain, Liverpool sukses mengalahkan RB Leipzig dengan skor 2-0 melalui gol Salah (menit ke-53) dan Sadio Mane (Menit ke-58).

Laga ini tak berlangsung di Jerman, karena larangan terbang akibatpandemi covid-19, sehingga kedua tim bermain di Puskas Arena di Budapest, Hongaria. Modal yang sangat berharga bagi Liverpool.

Selamat PSG, Selamat buat Liverpool!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun