Dalam beberapa hari ini Jokowi terlihat lebih sibuk daripada biasanya, pikiran maupun fisiknya. Pikirannya mungkin sempat melayang liar tersangkut dengan beberapa tudingan terhadap dirinya.
Soal pembatalan revisi UU Pemilu misalnya, dia dicurigai  sedang menyiapkan Gibran untuk menjadi Gubernur DKI pada 2024. Jokowi tak habis pikir, Gibran belum dilantik jadi Walikota Solo saja sudah dicurigai seperti ini. Jokowi geleng-geleng kepala.
Lalu soal kritik terhadap pemerintah. Jokowi memang tulus mengatakan bahwa pemerintah siap untuk dikiritik. Hanya soal ini dia sedikit pusing dibuat  karena mantan pendampingnya sebagai Wapres Jusuf Kalla sampai membawa-bawa urusan lapor polisi, dan Presiden sebelumnya, SBY bahkan menggunakan metafora obat, gula, untuk memberi nasihat padanya. Kritik itu obat, pujian itu gula. Lagi konsultasi diabetes mungkin.
Tapi sudahlah, nanti diurus Pak Menko Mahfud, begitu mungkin kata Jokowi dalam hati, karena secara fisik dia harus bersiap turun lagi ke beberapa provinsi untuk meresmikan beberapa bendungan. Baginya kebutuhan air bagi rakyatnya adalah hal yang paling penting sekarang ini.
Kemarin di kampung SBY, Pacitan, Bendungan Tukul sudah diresmikan, ada 600 hektar yang akan diairi oleh Bendungan Tukul, sedangkan ke depan, dia juga akan ke Sikka, Maumere, NTT untuk meresmikan Bendungan Napun Gate. Di NTT, Jokowi memang serius, bendungan adalah salah satu cara menghidupi para petani di Provinsi yang dianggap kering itu. Bendungan seperti sebuah simbol kepedulian terhadap hal yang esensial.Â
Beberapa malam, Jokowi berpikir bahwa dia mesti berlomba dengan waktu. Pandemi tidak boleh menghalangi rencana pemerintah untuk menyiapkan infrastruktur, sarana prasarana yang dianggap primer untuk kebutuhan rakyat.
Waktu terasa berjalan terlalu cepat untuknya di masa pandemi ini. Dia perlu cara untuk menyiapkan waktu dengan baik, dia merasa bahwa pengaturan waktu oleh Sekretariat Kabinet sudah begitu baiknya, tapi masih ada yang kurang, apa itu? Jam tangan.
Dia sibuk, tapi dia jarang atau hampir sama sekali tak pernah memakai jam tangan. Di dalam pikirannya, dia mungkin pernah berpikir bisa seperti Fidel Castro, pemimpin kharismatik Kuba yang pernah memakai dua jam tangan, Rolex pula.
Kata orang, jam tangan itu menunjukkan kuasa. Makanya, ketika Castro memakai dua jam tangan, itu menunjukkan kuasa atas Amerika Serikat, cara yang dicopy paste Diego Armando Maradona yang memakain dua jam tangan untuk mengatakan bahwa dia lebih baik dari Pele.
Sebenarnya tak usah terlalu superioritas seperti Castro, dia bisa menjadi seperti  Presiden AS dulu, John Fitzgerald Kennedy yang mengenakan jam tangan sebagai tanda kasih dari orang tersayangnya.
Misalnya, arloji Cartier Tank Louis adalah pemberian sang istri, Jaqueline Kennedy pada ulang tahun pernikahan mereka yang ke-empat. Jam istimewa dengan tulisan kuning emas, berinisial JFK. Jam tangan yang dikenakan saat dia dibunuh pada 1963.
Mungkin Bu Iriana dan orang di sekelilingnya sudah pernah menawarkan kepadanya. Bahkan mungkin ada yang telah mempersiapkan seperti Joe Biden, Presiden AS sekarang yang dikabarkan menggunakan jam tangan sesuai dengan aktifitas.
Biden memang bisa disebut kolektor, berganti jam tangan sesuai minat dan pekerjaan. Biden memakai Omega Seamaster saat bicara dengan investor, lalu ketika bicara dengan pemilihnya dia menggantinya dengan Kronograf Seiko 7T32-6M90. Â Saat dilantik, Biden lalu memakai Rolex.
Akan tetapi, jika jam tangan itu menunjukkan karakter, maka Jokowi yang lebih senang blusukan atau ke lapangan memang tak cocok dengan jam tangan para penguasa tersebut. Jika dia harus mencontoh, mungkin dia bisa meminta pendapat dari Ahok, sahabatnya itu. Ahok yang memang suka mobile itu, memilih jam tangan Tag Heuer.
Akan tetapi sesudah dipikir, Jokowi memutuskan untuk tetap tidak memakai jam tangan. Pikirnya bagaimana mungkin dia bisa bergerak bersama Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono dengan jam tangan mewah di tangannya. Dia merasa tak bebas, dan tak elok dipandang. Bukan tipikalnya.
Tak peduli juga diirnya dengan Barack Obama yang juga bukan maniak jam tangan yang pada akhirnya memilih Rolex Cellini Time dengan emas putih yang terlihat simpel saat menjadi presiden.
Ini bukan barang sembarangan.  Harga Bovet AIEB001 dikutip dari  Watches of Switzerland memiliki harga US$340,500 atau sekitar Rp4,7 miliar.
Bovet adalah  satu jenis jam tangan mewah yang asal Swiss yang konon dibuat terbatas limited edition, sejumlah 60 buah saja. Didominasi warna biru dan emas, bagian strap-nya dibuat dari  kulit buaya dengan ring luar (case) dilapisi rose gold 18 karat.
Apakah Jokowi akan cocok menggunakan jam tangan ini? Rasanya tidak, Jokowi lebih cocok dengan yang simpel atau klasik, lagian ini barang gratifikasi, terlampau mahal pula. Bukan hal yang esensial, dan Jokowi tak akan suka.
***
Referensi 1
Referensi 2
Referensi 3