Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menanti Renyut Politik Martabak Ala Gibran

12 Februari 2021   09:56 Diperbarui: 12 Februari 2021   15:20 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bakal calon wali kota Solo, Gibran Rakabuming Raka memberikan keterangan kepada wartawan saat berada di kantor Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan, Solo, Jawa Tengah, Jumat (17/7/2020). Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa resmi mendapat rekomendasi PDI Perjuangan untuk maju sebagai bakal calon wali kota dan wakil wali kota Solo pada Pilkada serentak Desember mendatang.(ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA)

Ah, Partai Demokrat memang cerdik, pandai melempar isu. Setelah isu upaya kudeta meredup gara-gara filosofi kopi Moeldoko dan akhirnya menyisakan kegaduhan internal, kali ini, nama Jokowi dan Gibran Rakabuming dibawa-bawa menyusul pembatalan revisi UU Pemilu.

Demokrat menganggap ada rencana politik dari Jokowi untuk menyiapkan Gibran menuju 2024 nanti. Logika yang dipakai Demokrat mungkin begini; Gibran baru jadi Walikota Solo 2021, tidak mungkin baru setahun langsung ke DKI oleh karena itu mesti diulur-ulur hingga 2024 dulu.

PDIP lalu meradang, menganggap kecurigaan terlalu berlebihan, hanya menampakkan pragmatisme kekuasaan jangka pendek. Di beberapa media terlihat PDIP masih sibuk berdebat soal ini dengan Andi Arief.

Bagaimana melihat situasi politik seperti ini? Saya sendiri lebih tertarik melihat kehadiran Gibran, yang hari demi hari kian hangat  meramaikan situasi politik nasional.

Meskipun masih meragukan kecurigaan Demokrat bahwa ada desain di belakang pembatalan revisi UU, namun saya yakin bahwa Gibran memang dapa menjadi kuda hitam di masa depan.

BACA JUGA:

Jokowi dan Kecermatan Melagukan Isu Gibran Versus Anies

Kemarin, saat dimintai pendapatnya soal kecurigaan Demokrata ini, Gibran hanya menjawab pendek.

"Di Solo belum dilantik kok sudah mikir Jakarta," kata Gibran melalui pesan singkat, Kamis (11/2), dikutip dari CNNIndonesia.

Jawaban Gibran ini, memang khas dirinya. Hingga saat ini, Gibran memang nampak cuek, menjawab sekenanya, tapi lambat laun, sebentar lagi sudah akan dilantik menjadi Walikota Solo.

Inilah yang membuat Gibran bisa dikatakan berbahaya dan bisa menyodok di papan atas tokoh politik, bukan saja di Pilkada tapi juga di Pilpres di masa depan.

Apa alasannya? Saya sih akan menggarisbawahi gerak Gibran di politik dengan sebutan politik martabak.  Gibran memang dikenal sebagai pengusaha martabak.

Martabak ini jangan disepelekan, mempunyai filosofi khas yang mungkin belum banyak diketahui orang. Dalam sejarahnya martabak itu adalah makanan Khas Bangka Belitung, dan disebut dengan Hok Lo Pan.

Hok Lo Pan ini, cara membuatnya mudah sekali, menggunakan tepung terigu, diolesi dengan mentega, ditaburi coklat butir campur kacang tanah dan wijen, atau keju parut campur wijen, kemudian diberikan susu kental manis. Begitu saja.

Hanya jangan salah, martabak yang dibuat secara sederhana ini, konon menjadi modal bagi calon menantu untuk menarik perhatian dari calon mertua. Dulu, orang yang sering bertamu ke rumah calon mertua, akan membawa martabak sebagai oleh-oleh, lalu menumbuhkan simpati dari calon mertua.

Selain untuk mencuri hati calon mertua, martabak itu juga simbol sajian silahturahmi yang tak mengenal golongan dan strata sosial, semua orang menikmati martabak dengan gembira.  

Inilah politik yang mungkin dapat ditawarkan oleh Gibran, politik martabak yang menjunjung silahturahmi. Gibran tidak mau langsung ngegas melihat isu yang melibatkan dirinya dimainkan oleh partai Demokrat, dia tenang dan nampak cuek, mungkin masih tak mau mencari musuh di awal karir politiknya.

Ini bisa dilihat menjadi modal berharga entah di 2024, atau di 2029. Kehadiran Gibran akan menjadi penyejuk dan juga dapat menjelma sebagai simbol kebaruan ketika tensi politik akan terus memperhadapkan gesekan yang melibatkan Anies, Prabowo, dan politisi lawas yang itu-itu lagi.

BACA JUGA:

Demokrat Gigit Jari, Sentil Jokowi Sorong Gibran Ganjal Anies

Ketika publik nampak sudah bosan, jenuh atau bahkan muak, kehadiran Gibran bisa menjadi alternatif yang menyenangkan seperti sajian martabak di rumah mertua atau di tempat kumpul-kumpul. 

Artinya, sekali lagi kehadiran Gibran di dunia politik memang perlu diwaspadai oleh partai oposisi atau bahkan partai koalisi. 

Isu ini bukan lagi soal Jokowi, tapi ihwal Gibran yang sudah turun ke politik yang memang perlu diperhitungkan, apalagi dengan manuver politik martabak yang bisa penuh kejutan. Menarik untuk ditunggu.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun