Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

AHY dan Dilema Memilih Panggung

2 Februari 2021   21:11 Diperbarui: 10 Februari 2021   21:41 2613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berjalan usai memberikan keterangan pers di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Senin (1/2/2021). AHY menyampaikan adanya upaya pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa, di mana gerakan itu melibatkan pejabat penting pemerintahan, yang secara fungsional berada di dalam lingkaran kekuasaan terdekat dengan Presiden Joko Widodo. (ANTARAFOTO/MUHAMMAD ADIMAJA via kompas.com)

Ini dapat dipahami secara politik, sebagai langkah ancang-ancang dari politis dan partai politik untuk menyiapkan langkah menuju perhelatan Pilkada 2022 (jika jadi) ataupun Pilpres 2024.

Terbaca demikian, karena secara tersurat, AHY sendiri mengatakan ada kepentingan untuk Pilpres 2024, yang akhirnya dijelaskan lebih lanjut bahwa dalam tudingannya adalah kepentingan Moeldoko untuk mencari  kendaraan politik demi Pilpres 2024.

Artinya, bisa diduga ada pesan lain dari AHY melalui gebrakan panggung depan tersebut, kepada kawan dan lawan politik, bahwa Demokrat sudah bersiap menuju perhelatan Pilpres 2024, dan menjadi kekuatan kokoh yang tak dapat digoyang. Silahkan jika ada yang mau menggandeng Demokrat, begitu kira-kira.

Sayangnya, biduk yang ingin lebih cepat berlayar harus bersiap menghadapi terpaan gelombang keras. Untuk ini, perlu ditunggu, apakah AHY mampu menjadi nahkoda yang kuat untuk membawa Demokrat untuk melewati ini.

Semoga bisa,  bangsa ini masih membutuhkan politis muda seperti AHY, hanya perlu diingat, kesalahan pemilihan panggung, bisa membuat bukan biduk yang tenggelam, tapi nahkodanya yang diganti. AHY perlu hati-hati.

Kita tunggu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun