Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

AHY dan Dilema Memilih Panggung

2 Februari 2021   21:11 Diperbarui: 10 Februari 2021   21:41 2613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berjalan usai memberikan keterangan pers di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Senin (1/2/2021). AHY menyampaikan adanya upaya pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa, di mana gerakan itu melibatkan pejabat penting pemerintahan, yang secara fungsional berada di dalam lingkaran kekuasaan terdekat dengan Presiden Joko Widodo. (ANTARAFOTO/MUHAMMAD ADIMAJA via kompas.com)

Sedangkan, panggung belakang adalah wadah yang akan digunakan politisi ketika ada materi yang tidak boleh menjadi konsumsi publik. Dalam hal ini, politisi ingin agar pesan yang disampaikannya cukup diketahui secara terbatas.

AHY tidak sedikit dikritik karena penggunaan panggung depan, yang akhirnya menimbulkan polemik, kontraproduktif karena akhirnya menimbulkan gesekan internal dan kegaduhan politik.

Reaksi dari internal yang menganggap kepemimpinan AHY terlihat lemah, dan dari eksternal yang menilai AHY baperan ada konsekuensi dari panggung depan yang digunakan, selain kegaduhan politik yang terjadi.

Dari reaksi ini, ada harapan (yang mesti terlambat) yang meminta agar AHY mesti lebih piawai menggunakan panggung belakang. Apa yang dapat dibahas di panggung belakang?

Pertama, AHY dapat lebih teliti untuk memanajemen harmoni di dalam partai terlebih dahulu, sebelum mengeluarkan pernyataan yang berbau kontroversi. Sehingga di dalam partai bisa satu suara, atau petinggi partai tidak mudah mendapat serangan balik.

Kedua, AHY tidak perlu menggembar-gemborkan bahwa dirinya telah mengirim surat kepada Jokowi, lalu menuding lingkar Jokowi terlibat di upaya kudeta Demokrat secara terbuka.

Persoalan ini dapat diselesaikan di panggung belakang politik, sehingga tidak menimbulkan kegaduhan politik yang akhirnya kontraproduktif bagi rencana Demokrat ke depan.

Lalu pertanyaannya adalah mengapa AHY tidak memilih panggung belakang yang semestinya lebih aman baginya?

Kita dapat menduga, bahwa AHY sebenarnya sedang terjebak dalam dilema sebelum memutuskan panggung yang mana.

Jika dilihat dari karakter AHY yang bisa disebut elegan saat kalah dalam Pilkada DKI lalu lalu merangkul, memberi selamat kepada pemenang konterstasi  maka sikap agresifnya saat ini menjadi sulit dimengerti.

Kecuali, AHY memang terpaksa. Terpaksa dalam pengertian bahwa Demokrat memang sedang terpojok karena ada upaya kudeta (jika benar serius demikian), atau terpaksa menempuh langkah tak biasa untuk mendapat perhatian dan simpati publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun