Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Marzuki Alie Marah Besar, Demokrat Nampak Rapuh

2 Februari 2021   20:07 Diperbarui: 2 Februari 2021   20:10 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AHY (Muhammad Adimaja/Antara Foto)

Sore tadi saya menyaksikan dialog bertajuk "Kudeta Demokrat, Fakta atau Drama?" di salah satu stasiun televisi swasta. Dari tajuknya saja, sudah jelas bahwa dialog ini membahas isu yang sedang hangat, yaitu tudingan Ketua Umum Partai Demokrat (PD), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tentang adanya upaya kudeta di Demokrat.

Sungguh menarik, karena narasumber yang diundang adalah orang yang bersinggungan erat dengan kasus ini, yakni Ketua DPP PD, Herman Khaeron, lalu politisi senior Demokrat, Marzuki Alie dan pengamat politik, Yunarto Wijaya.

Marzuki Alie disebut-sebut oleh pejabat teras Demokrat termasuk dalam segelintir orang yang berniat untuk melakukan upaya kudeta terhadap Demokrat. Marzuki yang pernah menjabat Sekjen Demokrat dari 2005-2009 ini, di awal dialog sudah nampak ngegas.

Marzuki mempersoalkan dirinya yang disebut-sebut di depan publik oleh orang lingkar AHY dan SBY, sebagai salah satu tokoh yang bekerjasama dengan Moeldoko untuk melakukan upaya kudeta.

"Menyangkut masalah publik, saya tak main-main. Saya langsung WA ke Pak SBY. Saya minta Pak SBY untuk dibuktikan, jika mereka tak bisa membuktikan maka sanksi partai harus jelas, mereka harus dipecat" kata Marzuki.

Marzuki lalu menceritakan bahwa kesibukan dirinya jauh dari urusan politik, jadi dia tidak pernah berpikir untuk politik praktis.

Kemarahan Marzuki juga nampak dari kalimatnya yang mengatakan bahwa dirinya tidak pernah berpindah partai, dan dia memang tulus untuk membesarkan Demokrat.

Herman Khaeron lalu merespon dengan mengatakan bahwa Ketum AHY tidak pernah menyebut nama, dengan berdasar azaz praduga tak bersalah, dan ini semua berdasarkan dari temuan dan kesaksian para saksi, baik dari DPD dan sebagainya.

"Nama saya disebut oleh Syarif Hasan, Rachland Nasidik dan Herman Khaeron, jadi ini bukan praduga bersalah tapi ini fitnah" kata Marzuki memotong pembicaraan dari Khaeron.

Herman lantas berusaha "membela diri" dengan mengatakan bahwa masih ada proses klarifikasi, khususnya dari Presiden Jokowi terhadap intervensi eksternal.

Sebenarnya sampai disini, Herman Khaeron nampak berhati-hati untuk menjawab segala tudingan Marzuki Alie, Khaeron nampak sedang mengalihkan ke arah eksternal partai.

Selanjutnya, Khaeron mengatakan bahwa mereka masih memproses persoalan ini dalam seminggu ke depan, khususnya tentang persoalan ada kader yang terlibat dalam upaya kudeta ini.

Melihat arah diskusi ini, pengamat politik, Yunarto Wijaya, menyatakan dengan jelas, bahwa tak dapat dipungkiri bahwa Demokrat hingga saat ini masih terlihat faksi-faksi yang tak dapat bersatu.

Melihat ini, Yunarto berpendapat bahwa Demokrat memang sedang rapuh, dan ini perlu diselesaikan dengan cepat dan bijak demi masa depan partai.

Selain itu, Yunarto secara terus terang mengatakan bahwa ada proses yang belum matang dari pernyataan pers AHY, karena ternyata secara internal masih ada proses yang belum diselesaikan sehingga mendapatkan serangan balik dari internal partai sendiri.

"Apa yang terjadi kemarin apalagi masih di tahap penyelidikan internal partai seharusnya tidak terjadi di panggung depan, apalagi dilakukan situasi pandemi, hanya menimbulkan kegaduhan politik"   

"Itu yang saya sayangkan dari konfrensi pers yang menurut saya terlalu mentah dan dapat berbuah bumerang bagi Demokrat" imbuh Yunarto.

***

Saya setuju bahwa ada panggung depan yang terlalu cepat dibuka oleh AHY bersama petinggi Demokrat. Ada hitung-hitungan yang keliru dari AHY terkait dengan respon.

Nampaknya AHY bersama jajarannya sedang membidik reaksi dari eksternal dengan tudingan kepada Moeldoko, sayangnya lupa diperhitungkan aksi dan reaksi secara internal partai yang sedari awal sebenarnya dapat diselesaikan di panggung belakang.

Kemarahan Marzuki tentu akan membuat air menjadi lebih keruh. AHY tentu saja akan pusing dibuatnya, apalagi sesudah itu muncul forum-forum senior yang mengkritik cara AHY.

Angin sedang keras melanda Demokrat, terkadang angin itu datang dari luar, namun terkadang angina itu masuk, karena pintu dan jendela tak bisa diurus dengan baik.

Kita tunggu saja, apa yang akan terjadi di Demokrat selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun