Pelan tapi pasti jalan menuju Pilkada DKI 2022 mulai ramai meski belum padat. Partai Politik mulai menyusun langkah atau strategis, bahkan sudah ada yang melangkah lebih dulu.
Paling tidak ada dua hal yang terlihat. Pertama, saling silang pendapat tentang perlunya Pilkada 2022 tetap dilaksanakan atau menurut dengan UU bahwa diadakan serentak pada 2024 nanti.Â
Untuk ini, Golkar dan Nasdem termasuk yang menginginkan agar Pilkada DKI 2022 tetap berjalan, meski "ketua" koalisi mereka PDI-P memilih agar Pilkada diadakan serentak pada 2024.
Kedua, soal bakal calon yang akan diusung. Hingga saat ini, nama Mensos, Tri Rismaharini atau Risma dan Gubernur DKI, Anies Baswedan menjadi dua nama yang paling santer terdengar. Risma disebut-sebut menjadi calon kuat cagub usungan PDI-P sedangkan Anies, kemungkinan akan diusung oleh PKS dan mungkin juga Golkar.
Akan tetapi di tengah dua kutub dan panggung yang diprediksi akan didominasi oleh Anies dan Risma, muncul nama baru, yaitu mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastusi, kabarnya Susi akan "dipaksa" untuk bertarung di Pilgub DKI nanti, untuk melawan Risma dan Anies.
Tentu saja ini akan seru, bahkan keberadaan Susi akan membuat Anies dan Risma yang lebih diunggulkan mesti kuatir dan perlu mengatur strategi politik yang tepat untuk menghadapi Susi nantinya.
Adalah Komunikolog Politik dari Forum Politik Indonesia, Tamil Selvan atau biasa diakrab dengan Kang Tamil yang menyebutkan kemungkinan ini. Kang Tamil menyebut bahwa tokoh politik perempuan lebih punya kemungkinan untuk dapat menandingi pesona serta citra Anies Baswedan,
Menurut Kang Tamil, Susi Pudjiastuti akan menjadi media darling seperti yang terjadi pada Jokowi sebelumnya, dan citra Susi yang dianggap semakin meroket setelah kasus benur lobster akan membuat elektabilitasnya dapat naik.
Pertanyaannya adalah partai apa yang akan mengusung Susi? Kang Tamil menyebut bahwa untuk Susi, Nasdem punya peluang untuk mendukung Susi. Susi dianggap sebagai kuda hitam yang disimpan Nasdem, dan akan dikeluarkan saat diperlukan.
Mengapa Nasdem? Apalagi Nasdem bukannya adalah rekan koalisi dari PDI-P? Untuk menjawab pertanyaan ini tidak terlalu sulit. Harus diakui, mesti di kabinet masih menjadi koalisi, namun relasi PDI-P dan Nasdem sudah lebih longgar.
Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri dan Ketum Nasdem, Surya Paloh sudah beberapa bulan lalu diisukan merenggang hubungannya setelah Prabowo Subianto dilirik Jokowi untuk masuk ke kabinetnya.
Keberadaan Prabowo yang notabene adalah Ketum Gerindra, membuat Nasdem seperti merasa dinomorduakan. Meski akhirnya tetap mendapat "jatah" karean memiliki kontribusi atas kemenangan Jokowi di Pilpres 2019 lalu, namun Nasdem nampak sudah mengambil ancang-ancang untuk mengatur strategi untuk Pilkada dan Pilpres nanti.
Menariknya, jika kita berhitung, maka prediksi bahwa Susi akan diturunkan melawan Anies dan Risma juga tak akan mudah bagi Nasdem. Alasannya adalah minimnya kursi yang dimiliki Nasdem di DPRD DKI.
Nasdem hanya memiliki 7 kursi, dibandingkan dengan PDI-P dengan 25 kursi, Gerindra dengan 19, kursi, PKS 16 kursi dan Demokrat dengan 10 kursi. Jumlah kursi Nasmen bahkan lebih sedikit dari PSI dengan 8 kursi dan PAN dengan 9 kursi, meski lebih banyak dari Golkar dengan 6 kursi.
Hitung-hitungnya begini; calon hanya bisa diusung dengan 22 kursi, jadi yang paling aman adalah PDI-P yang dapat mengusung Risma tanpa dukungan partai lain, sedangkan Nasdem tentu saja perlu dukungan partai lain untuk mengusung Susi.
Pilihannya bisa dengan PKS, Demokrat ditambah PAN, itu sudah melebihi jumlah yang diinginkan untuk mengusung Susi.
Hanya, Nasdem perlu berhati-hati jika ingin mengambil jalan manuver seperti ini karena, proyeksi Pilkada tentu saja Pilpres. Memilih mengambil jalan sendiri tanpa bersama PDI-P di Pilgub 2022 bisa berarti Nasdem akan mengambil haluan lain di Pilpres 2024. Akankah Nasdem berani?
Ini hanya sebuah prediksi politik, apapun bisa terjadi. Susi Pudjiastuti tentu sosok yang akan menjual, sayangnya banyak sosok yang bagus gagal maju karena tidak mempunyai mesin politik yang kokoh.
Jika mesin ini gagal dalam lobi politik, maka pertarungan Susi, Anies dan Risma yang pasti akan menarik akan urung terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H