Keberadaan Prabowo yang notabene adalah Ketum Gerindra, membuat Nasdem seperti merasa dinomorduakan. Meski akhirnya tetap mendapat "jatah" karean memiliki kontribusi atas kemenangan Jokowi di Pilpres 2019 lalu, namun Nasdem nampak sudah mengambil ancang-ancang untuk mengatur strategi untuk Pilkada dan Pilpres nanti.
Menariknya, jika kita berhitung, maka prediksi bahwa Susi akan diturunkan melawan Anies dan Risma juga tak akan mudah bagi Nasdem. Alasannya adalah minimnya kursi yang dimiliki Nasdem di DPRD DKI.
Nasdem hanya memiliki 7 kursi, dibandingkan dengan PDI-P dengan 25 kursi, Gerindra dengan 19, kursi, PKS 16 kursi dan Demokrat dengan 10 kursi. Jumlah kursi Nasmen bahkan lebih sedikit dari PSI dengan 8 kursi dan PAN dengan 9 kursi, meski lebih banyak dari Golkar dengan 6 kursi.
Hitung-hitungnya begini; calon hanya bisa diusung dengan 22 kursi, jadi yang paling aman adalah PDI-P yang dapat mengusung Risma tanpa dukungan partai lain, sedangkan Nasdem tentu saja perlu dukungan partai lain untuk mengusung Susi.
Pilihannya bisa dengan PKS, Demokrat ditambah PAN, itu sudah melebihi jumlah yang diinginkan untuk mengusung Susi.
Hanya, Nasdem perlu berhati-hati jika ingin mengambil jalan manuver seperti ini karena, proyeksi Pilkada tentu saja Pilpres. Memilih mengambil jalan sendiri tanpa bersama PDI-P di Pilgub 2022 bisa berarti Nasdem akan mengambil haluan lain di Pilpres 2024. Akankah Nasdem berani?
Ini hanya sebuah prediksi politik, apapun bisa terjadi. Susi Pudjiastuti tentu sosok yang akan menjual, sayangnya banyak sosok yang bagus gagal maju karena tidak mempunyai mesin politik yang kokoh.
Jika mesin ini gagal dalam lobi politik, maka pertarungan Susi, Anies dan Risma yang pasti akan menarik akan urung terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H