Apa yang ditunggu Gerindra? Kemungkinan kolaborasi dengan PDI-P. Ini wajar, karena proyeksi saling dukung-mendukung di Pilpres nanti. Mengajak head to head di DKI, secara tidak langsung mengajak duel di Pilpres nanti.
Artinya, romantisme yang terbentuk dari sekarang akan menuai hasilnya di perhelatan yang lebih besar.
Persoalannya, PDI-P belum menentukan sikapnya, mungkin masih melihat perkembangan elektabilitas Risma yang dihajar terus menerus oleh oposisi saat muncul di Ibu Kota.
Bagaimana dengan Demokrat? Sepertinya masih di dalam posisi tawar menawar dan melihat kesempatan.
Maksudnya seperti ini, Demokrat dan AHY bukan tipikal berada di nomor dua, itu hanya dilakukan apabila terpaksa. Jika bisa nomor satu, mengapa harus nomor dua.
Ini bisa berarti bahwa narasi Anies-AHY yang bisa dikatakan akan sangat kuat seperti memancing reaksi parpol untuk segera melihat bagaimana elektabilitas AHY dapat secara signifikan mempengaruhi peta persaingan di Pilgub nanti.
Jika ada peluang untuk maju sebagai Cagub, AHY pasti akan mengambilnya, yang berarti meninggalkan Anies bertarung sendiri.
Kita perlu tunggu hitung-hitungan politik ini berlanjut, karena di dalam politik, segala sesuatu dapat berubah dengan cepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H