Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hormat untuk Lelaki Tua, Tukang Suntik Jokowi yang Tangannya Gemetaran Itu

14 Januari 2021   11:31 Diperbarui: 14 Januari 2021   11:50 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof Abdul Muthalib | Gambar: Kolase Tribunnews

Lelaki tua itu tak segan untuk meminta Presiden Jokowi untuk mencengkau lengan kiri baju yang berwarna putih itu. Terus duduk, Jokowi taat padanya. Tangan lelaki itu nampak mulai gemetaran.  Bahkan, jarum suntik berisi vaksin yang disodor perawat laki pendampingnya sempat dihiraunya.

Pria yang sudah beruban ini nampak masih mempersiapkan diri, mungkin masih menarik napas panjang sambil menyeka bagian lengan Jokowi dengan kapas yang diberi alkohol.

Tak lama kemudian, tangan yang masih meretek itu mulai memegang jarum suntik dan vaksin lalu mulai masuk ke tubuh seiring plunger top yang ditekan dengan jempolnya ke bawah.

"Bagaimana pak?" tanya lelaki tua itu pelan. sesaat sesudah jarum suntik dicabut, dan bagian yang disuntik telah dibersihkan lagi dengan kapas.

"Saya seperti tak merasakan apa-apa" jawab Jokowi sambil tersenyum..

"Trimakasih prof" kata Jokowi lagi, lalu beranjak pergi  dari tempat vaksin.

Lelaki itu lalu berdiri tegap, dua tangan yang tadi gemetaran lalu membentuk salam namaste kepada presiden sambil kepalanya sedikit menunduk. Terlihat kedua tangannya sudah tak gemetar lagi sembari dia melepas napas panjang, tanda lega.

Misi mahaberat yang mesti dilakukan lelaki tua itu telah selesai. Tugas yang membawa bangsa ini menuju sebuah era baru di masa pandemi ini, yaitu vaksinasi. Tak tanggung-tanggung, era vaksinasi yang mulai dimulai ini "meminta" Jokowi agar menjadi orang pertama yang divaksin, dan lelaki tua itu yang menjadi tukang suntiknya.

***

Nama lelaki tua itu Prof Abdul Muthalib, SpPD-KHOM. Anak bangsa yang lahir di Jakarta pada 3 Januari 1945. Prof Muthalib adalah seorang dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi onkologi media.

Jika anda bertanya mengapa Prof Muthalib yang terpilih menjadi penyuntik vaksin untuk Jokowi, maka saya hanya dapat memberikan satu jawaban bahwa Prof Muthalib adalah Wakil Ketua Tim Dokter Kepresidenan. Hanya itu.

Sekarang soal tangan yang gemetar. Sebagai Wakil Ketua Tim Dokter Kepresidenan, Prof Muthalib juga tetap manusia yang mempunyai rasa kegugupan. Seusai penyuntikan di Istana Merdeka itu, Prof Muthalib mengatakan bahwa kegugupan itu timbul karena dirinya menyuntik orang pertama di Indonesia.

"Menyuntik orang pertama di Indonesia tentunya ada rasa (gugup). Tetapi masalah itu tidak menjadi halangan buat saya. Pada waktu menyuntikkannya tidak masalah. Tidak gemetaran lagi waktu menyuntiknya. Pertamanya saja agak gemetaran" tutur Prof Muthalib seperti dilansir Kompas.com.

Menariknya, kisah tangan si dokter, tukang suntik yang gemetaran ini, terdengar ramai di obrolan pasar. Saya terseyum ketika mendengar obrolan ini dan tak mau ikut nimbrung di dalamnya, meski dalam hati saya mengatakan bahwa  omongan di pasar memang begitu, tak bisa dikendalikan alias suka-suka.

Saya pikir Prof Muthalib perlu diberikan sesuatu yang lebih daripada cerita soal tangan yang gemetaran itu.  Meski tak mengenalnya secara pribadi, bagi saya, Prof Muthalib tetap adalah seorang pemberani. Sesuatu yang sering tak dipahami bahkan tak dimengerti oleh orang lain.

Penulis Inggris sekaligus seorang dokter Sir Arthur Ignatius Conan Doyle (1859-1930) pernah menyentil soal keberanian seorang dokter ini. Doyle mengatakan bahwa ketika seorang dokter melakukan kesalahan dia langsung dianggap kriminal. Karena itu, dia mesti memiliki keberanian dan pengetahuan.

Soal keberanian memang Doyle yang juga penulis kisah Sherlock Holmes ini memiliki cerita menarik. Doyle pernah ikut kapal dokter bedah dengan petualangan menangkap paus di laut lepas hingga berani membuka klinik di Afrika.

Kita kembali ke apa yang dilakukan Prof Muthalib dengan perspektif pernyatan Doyle ini. Soal pengetahuan, Prof Muthalib tak perlu diragukan tetapi soal keberanian dengan segala resiko dibaliknya?

Bayangkan saja, bagaimana jika ketika dia menyuntikkan vaksin lalu terjadi perdarahan, atau paling tidak, wajah Jokowi langsung berubah dan nampak kesakitan? Bukankah, cerita tangan yang gemetaran itu akan berubah menjadi cerita horror dengan Prof Muthalib sebagai antagonisnya.

Setiap pekerjaan memang mempunyai resiko tapi tak semua orang mau mengambil resiko itu. Kali ini lelaki tua itu mengambil resikonya.

Saya lantas membayangkan, apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh istri, anak atau bahkan cucu ketika melihat Prof Muthalib akan menyuntik Jokowi. Rasa bangga iya, tetapi saya yakin banyak juga doa yang dipanjatkan oleh keluarga dengan perasaan yang bercampur dengan kekalutan atau kekuatiran jika sesuatu yang buruk terjadi. 

Namun, Prof Muthalib terus maju,  mau mengambil resiko dalam peran untuk sebuah tugas penting demi negeri ini.

Beberapa jam sesudah proses vaksinasi dan dirinya diwawancarai Najwa Shibab, Prof Muthalib nampak sudah lepas, tidak tegang lagi.  Soal tangan yang gemetar, Prof Muthalib menjawab dengan sedikit canda, bahwa dirinya memang sudah lama tak melakukan tugas praktek, karena sekarang lebih disibukkan dengan zoom meeting.

"Saya masih gemetaran juga kok sekarang , karena diwawancarai Mbak Najwa" ujar Prof Muthalib sambil tersenyum.

Hormat untukmu lelaki tua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun