Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Piala Dunia 1994, "We Are The Champions", dan Harapan 2021

28 Desember 2020   09:44 Diperbarui: 28 Desember 2020   09:53 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roberto Baggio gagal Penalti | Gambar: Omar Torres/AFP


Pertama saya akan bercerita dahulu soal Piala Dunia 1994. Pentas Piala Dunia tahun 1994  yang diselenggarakan di Amerika Serikat (AS) dari 17 Juni hingga 17 Juli 1994 ini menjadi salah satu ajang yang penuh dengan aksi teatrikal, baik menyenangkan maupun memilukan.

Tragedi memilukan yang terjadi berkaitan dengan dibunuhnya bek timnas Kolombia Andres Escobar setelah ia mencetak gol bunuh diri yang menyebabkan timnas Kolombia kalah dari timnas Amerika 0-1. Escobar ditembak sebanyak 12 kali saat akan meninggalkan sebuah klub malam di Medellin, Kolombia.

Di saat yang paling buruk sekalipun, sebenarnya tetap terbersit hal baik. Piala Dunia kali ini menyisakan juga beberapa aksi tak terlupakan seperti   Roger Milla yang menjadi pencetak gol tertua di Piala Dunia di usia 42 tahun, satu bulan dan delapan hari.

Masih ada cerita lain yang menarik di ajang yang menasbihkan Brasil sebagai kampiun ini, seperti Diego Maradona yang didapati menggunakan doping, Hristo Stoichkov yang tak diduga menjadi bintang Bulgaria dengan menjadi top skor serta yang paling fenomenal adalah Roberto Baggio yang gagal menjadi eksekutor penalti bagi Italia di partai final.

Keberhasilan dan kegagalan terus berganti, tetapi sebagai pemenang kehidupan harus move on, siapa yang berjiwa pemenang pantang menyerah sebelum garis akhir.

Narasi inilah yang tergambar jelas dari theme song Piala Dunia 1994, "We are The Champions" yang dinyanyikan grup musik asal Inggris, Queen. Lagu  balada ini diciptakan oleh sang vokalis, Freddie Mercury untuk album band Queen berjudul "News of the World" pada tahun 1977

Lagu ini nampak tepat menggambarkan apa yang terjadi selama pagelaran Piala Dunia ini, apalagi ketika lirik-lirik motivasi ini bertaut dengan nada-nada keras rock.

Ini sebagian liriknya.

I've paid my dues, time after time. 

I've had my share of sand kicked in my face, but I've come through
We are the champions-my friends
And we'll keep on fighting till the end
We are the champions, we are the champions
 

Hidup memang keras, mempunyai absurditas yang tak mudah dipahami. Cerah dan mendung cepat berganti, begitu juga untung dan buntung, namun  ketika merefleksikannya kita  harus terus bergerak maju.

Itulah yang membuat saya berpikir, bahwa lagu ini juga akan tepat menjadi lagu tema untuk tahun ini, ketika akan mengakhiri 2020 dan menuju 2021. Tahun 2020 sudah hampir dilalui secara tuntas, dan harus diakui banyak hal yang telah dilewati.

Pandemi Covid-19 menjadikan bulan-bulan yang telah dilalui dalam tahun ini seperti amat keras, penuh dengan perjuangan. Banyak orang yang ditahun sebelumnya merencanakan hidup, tetapi buyar dan akhirnya hanya berpikir untuk bertahan hidup.

Kehidupan juga seperti berada dalam ketidakpastian. Ketika banyak nyawa terus melayang, ketidakpastian akan adanya vaksin membuat kita terus berhitung dengan waktu. Januari, Februari, Maret hingga Desember terasa berjalan lambat di dalam ketidakpastian itu.

Situasi perpolitikan juga tak kunjung menghibur dengan berita konflik politik, kepentingan sesaat dan  korupsi masih menggema di tengah kepahitan yang melanda bangsa dan dunia secara global.

Seperti turnamen sepakbola, kita terus berpindah dari satu laga ke lain, tak ada pilihan untuk berhenti, harus terus bertanding, namun tanpa tahu kapan akan usai.

Akan tetapi, kini sudah Desember, sebentar lagi akhir tahun, 31 Desember 2020. Bagaimana cara kita menatap 2021. Semestinya kita perlu untuk lantang berteriak bahwasanya kita siap, kita masih terus dapat berdiri dalam susah payah ini. Kita ini adalah pemenang. "We are The Champions" di dalam kondisi kita masing.

Harapan itu masih dan terus ada. Kehidupan ke depan masih penuh misteri, tetapi harapan itu janganlah lantas punah.

Berselebrasilah di dalam harapan itu. Tak perlu kembang api untuk merayakannya, karena kembang api kehidupan itu sudah semarak sepanjang tahun itu. Tetap nyalakkan semangat dan harapan. Menuju 2021, karena ada hal baik yang akan menanti, karena kita adalah pemenang. Mari kita sama-sama nyanyikan,  We are The Champions!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun