Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cermin Diri 2020, Tertawa Lepas, dan Gus Dur

26 Desember 2020   22:07 Diperbarui: 30 Desember 2020   13:01 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau kerap disapa Gus Dur. (Kompas/Danu Kusworo)

Siapa yang pernah mengira bahwa bangsa ini tetap berjalan hingga akhir tahun ini dengan walafiat, apalagi di tengah badai pandemi Covid-19? Persoalan tetap ada tetapi bangsa ini tetap bisa bergerak maju.

Berita-berita dari dunia politik bahkan memberi teduh dalam tawa. Misalnya; dalam kekhawatiran situasi politik yang kacau pasca-Pilpres 2019 lalu, siapa yang pernah mengira Desember ini, Sandiaga Uno pada akhirnya betul-betul duduk semeja dengan Prabowo sebagai menteri Presiden Jokowi. Semuanya menjadi baik-baik saja, amat baik.

Lalu berseliweran di media sosial berbagai kalimat dengan meme kocak. “Jika tahu begini, mengapa kita harus gontok-gontokan di Pilpres lalu?”. Lha, saya tertawa lepas melihat bagaimana realita politik ini terjadi.

Kita memang terlalu tegang, bahkan untuk tertawa lepas saja kita enggan, padahal di tengah kondisi apapun sebagai bangsa kita  semestinya bisa tertawa dalam humor kehidupan ini.

Ada kalimat menarik dari Bertold Brecht (1898-1956) tentang ini. Brecht mengatakan bahwa “Sengsara, hidup di negara yang tidak memiliki humor, tetapi lebih sengsara lagi hidup di negara yang membutuhkan humor”.

Ada fakta menarik terungkap. Bangsa-bangsa dengan peradaban tinggi memiliki humor yang baik dengan tawa lepas. Persia mempunyai Abu Nawas (756-814), penyair dan sosok bijak yang kocak. Inggris memiliki Charlie Chaplin (1889-1977), dan Nasrudin Hodja dari Turki, figur sufi satrikal yang tiada pada abad ke-13.

Indonesia jelas memiliki tokoh dengan sosok unik yang mampu melontarkan gagasan nan kontroversial dan mengundang gelak tawa dalam diri almarhum Gus Dur. Dalam humornya, Gus Dur mampu menunjukan kecerdasan, wawasan, dan visi jauh ke depan.

Dalam humornya, Gus Dur mampu menggugah kehangatan, keakraban, dan keceriaan hingga kegetiran atau kepahitan terhadap realita yang ada. Gus Dur malah mengajak kita untuk menertawakan diri sendiri sebagai bentuk kebebasan.

Ada satu lelucon Gus Dur yang cukup terkenal saat dirinya diminta untuk mundur sebagai seorang presiden yang dituduh terkait dengan skandal Brunaigate. Dengan enteng Gus Dur menjawab, “Sampeyan ini bagaimana, wong saya ini maju saja susah, harus dituntun, kok disuruh mundur…”

Lebih lanjut dalam buku Mati Ketawa Cara Rusia, Gus Dur menjelaskan bahwa kemampuan untuk menertawakan diri sendiri adalah petunjuk adanya keseimbangan antara tuntutan kebutuhan dan rasa hati di satu pihak dan kesadaran akan keterbatasan diri di pihak lain.

Okay, mari kita belajar dari Gus Dur. Gus Dur mampu melihat segala sesuatu dengan porsi yang tepat, tidak terlalu tegang dan mampu tertawa lepas, melepas ketegangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun