Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cermin Diri 2020, Tertawa Lepas, dan Gus Dur

26 Desember 2020   22:07 Diperbarui: 30 Desember 2020   13:01 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Dur Tertawa I Gambar: Reqnews

Setiap tahun di bulan Maret, mama harus check up ke Jakarta. Selain untuk keperluan kesehatan, ke Jakarta juga membuat mama bisa sedikit refreshing bertemu anak dan cucu-cucunya. Memang ada kakak yang tinggal dan bekerja di Jakarta.

Mama bukanlah orang yang suka tinggal diam di rumah. Di usia yang terbilang uzur mama masih terus beraktivitas baik di pelayanan gereja, maupun juga di lingkungan sekitar, pertemuan ibu-ibu, eh... pertemuan oma-oma sebenarnya.

Di bulan Maret, pandemi semakin menghebat. Mama terpaksa urung ke Jakarta. Saya dan keluarga khawatir, apa yang akan terjadi dengan mama yang super aktif ini jika hanya tinggal di rumah.

Peristiwa menakjubkan terjadi, di bulan April, mama terlihat sehat-sehat saja, maka sangat sehat. Wajah mama terlihat lebih segar, di bulan Mei dan selanjutnya, meski lebih banyak di rumah saja, mama nampak segar.

Apa yang terjadi pada mama? Sebenarnya bukan mukjizat juga, tapi hal baik memang terjadi di saat kekhawatiran melanda. Mama lebih punya waktu di rumah bercertai dengan papa, menonton acara favoritnya di televisi, “Si Doel Anak Sekolahan”, lalu anak dan cucu lebih sering ke rumah menjenguknya.

Tingkah anak dan cucu yang sering mencandai dan dicandai mama membuat mama banyak tertawa girang di masa pandemi ini. Mama nampak sangat senang karena waktu yang banyak bersama keluarga—papa, anak, dan cucu. Saya sampai bercanda, “ternyata kegirangan hati mama itu bukan karena Jakarta dan belanja di mal saja”.  

Di hari natal ini, mama nampak sehat dan bugar, lebih bugar dari natal-natal tersenyum. Bincang-bincang natal tidak diisi lagi dengan diskusi tentang rencana check up mama pada 2021 nanti, tidak. Mama terlihat bahagia sekali.

Memang benar ungkapan lama bahwa hati yang gembira adalah obat. Kegirangan, tertawa itu memang menyembuhkan. Tertawa adalah obat terbaik. Ini amat sangat benar. Tertawa menghapus tegangan hidup sehari-hari. Tertawa menghapus rasa bosan yang mencekik jiwa. Orang-orang yang berbeda berkumpul bersama untuk tertawa bersama.

Saya semestinya dapat tertawa lepas karena pada akhirnya everything will be alright, semuanya akan baik-baik saja, tertawalah.

Indonesia Butuh Ketawa

Gus Dur Tertawa I Gambar: Reqnews
Gus Dur Tertawa I Gambar: Reqnews
Bagaimana melihat pengalaman personal ini dan menghubungkannya dengan kondisi Indonesia? Saya pikir kacamata yang sama dapat dipakai. Kegembiraan dan tawa dapat menjadi obat untuk bangsa ini mengarungi masa sulit dalam berbagai ketidakpastian ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun