Baru kurang lebih seminggu lalu saya melakukan tukaran kado natal bersama kolega. Seru. Memang merayakan natal tanpa tukaran kado itu seperti kurang afdol, ada yang kurang. Beberapa teman menyebutnya sebagai bumbu tambahan dalam sukacita natal.
Berbagai cerita seru muncul saat tukaran kado berlangsung. Semuanya berkaitan dengan tiga hal saja, kado itu sendiri, pemberi kado dan penerima kado. Apa kado yang diberi dan bagaimana suasana hati yang tercipta dari pemberi kado dan penerima kado.
Untuk ketiga hal ini, saya akan menceritakannya dalam "3 K" ; Konsisten, Kreatif dan Kocak.
Pertama, soal konsistensi. Biasanya sebelum tukaran kado berlangsung (biasanya berkelompok) maka akan ada orang yang mengatur bagaimana agar tukar kado ini berjalan adil, lancar dan hikmat. Pengaturan yang paling utama adalah soal berapa kisaran harga dari kado yang akan ditukarkan.
Kemarin itu (saat saya mengikuti tukaran kado), harganya dipatok maksimal 150 ribu. Mengapa harus ditentukan dulu harganya? Sepertinya untuk menjaga "harmoni" dalam pemberian kado nanti.Â
Misalnya, tak akan elok jika ada yang memberi casing handphone dan ada yang mendapat handphone benaran kan? Bagaimana suasana hati dari pemberi dan penerima nanti.
Ada juga masalah yang timbul, jika sudah ditentukan harganya tapi kado yang dibelikan ternyata kurang dari harga yang disyaratkan. Aha, biasanya ini akan menjadi bahan gunjingan sesudah acara tukaran berlangsung.
Jadi, sebenarnya konsisten saja dengan syarat kado yang disyaratkan. Oh iya, biasanya juga selain harga, kertas pembungkus kado juga dibuat seragam. Kebanyakan sih menganjurkan untuk dibungku dengan kertas koran demi keseragaman tersebut.
Kedua, kreatif. Soal ini memang tak semua orang dapat melakukannya, namun jika berusaha, saya pikir kreatif dalam menyiapkan kado natal juga akan memberi nuansa tersendiri untuk kado yang dipersiapkan.
Biasanya sih, kado itu berkaitan dengan kebutuhan atau berkenaan dengan situasi khusus. Kebetulan sekali tukaran kado yang saya lakukan sudah ditentukan oleh panitia kecil siapa akan memberi kepada siapa--tentu saja ini menjadi rahasia panitia dan penyedia kado.
Misalnya saya akan menukar kado dengan Ibu Yanti yang belakangan ini membicarakan tentang uang rupiah 75 ribu, edisi terbatas itu. Nah, kan terlalu biasa jika saya pada akhirnya memberikan dua lembar uang 75 ribu kepadanya dalam amplop kecil.