Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Inilah 3 Cara Bayern Hancurkan Barcelona dengan Skor 8-2

15 Agustus 2020   04:58 Diperbarui: 15 Agustus 2020   08:34 2934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Thomas Mueller cetak dua gol I Gambar : AFP

Bagaimana bisa Alphonso Davies dapat men-dribble bola melewati Nelson Semedo, lalu penetrasi ke dalam kotak penalti Barcelona, melepaskan umpan terobosan pendek ke depan gawang, dan disambut Joshua Kimmich di tengah kerumunan 5-6 pemain Barcelona. Gol!

Itulah gol kelima Bayern Muenchen yang membuat kedudukan, 2-5. Sesudah itu, Barcelona benar-benar hancur.

Alphonso Davies dan Kimmich adalah dua bek sayap Bayern yang leluasa ikut memporak-porandakan pertahanan Barcelona. Anak-anak Catalan memang tak berdaya di Estadio de Luz. Dalam 90 menit, Barcelona bertekuk lutut, bahkan rebah, dengan skor 2-8.

Ada apa dengan Barcelona? Pertanyaan ini memang tepat, tapi mungkin lebih tepat adalah bagaimana cara Bayern nampak begitu digdaya terhadap Barcelona? Menurut saya ada 3 hal yang dapat dikemukakan.

Pertama, strategi pelatih Bayern, Hans Dieter-Flick, yang klik dalam pertandingan tersebut. Bayern nampak amat percaya diri dengan formasi 4-2-3-1 yang dipilih Hans menghadapi 4-3-1-2 milik pelatih Barcelona, Enrique 'Quique' Setien.

Dalam format baru satu pertandingan saja yang ibarat final, siapa memilih formasi yang tepat maka akan menguasai pertandingan dan lebih besar peluangnya untuk melaju dengan mulus.

Formasi 4-3-1-2 milik Barcelona, membuat mereka memang tampak memilih menunggu untuk melakukan serangan balik daripada menguasai bola lebih banyak atau ball possession. Ini seperti menkhianati gaya permainan mereka, dan Setien lupa, bahwa jika itu dilakukan ketika berhadapan dengan Bayern maka berarti kiamat.

Bayern adalah klub yang fasih memainkan bola lebih banyak, mereka tim Jerman yang amat fleksibel sesuai kebutuhan dan klub yang dihadapi. Hebatnya Hans Flick seperti tahu bahwa Setien akan memilih pola lebih bertahan, sehingga Hans Flick memainkan 4-2-3-1 yang amat agresif.

Salah satu yang menjadi perhatian saya adalah tidak ada gelandang bertahan tipe Javi Martinez yang dimainkan oleh Bayern. Dua gelandang mereka adalah Thiago dan Leon Goretzka yang memang "dilahirkan" untuk menyerang atau memulai serangan dengan visi permainan yang hebat.

Barcelona sebaliknya. Memainkan Frankie De Jong, Sergio Roberto dan Sergio Busquets secara bersamaan membuat lini tengah Barcelona nampak kebingungan siapa yang bertahan dan siapa yang menyerang.

Akhirnya mereka hanya menonton pergerakan Thiago dan Goretzka ketika Arturo Vidal nampak berlari ke sana-ke mari tanpa tujuan.

Ketika lini tengah hancur, saya sudah paham bahwa aliran bola akan dikuasai Bayern dan keran gol akan mengalir lebih deras.

Di babak kedua setelah ketinggalan 1-4, Setien baru berani keluar menyerang dengan memasukkan Griezmann dengan menggantikan Roberto, dengan harapan agar menahan Goretzka dan Thiago agar mundur lebih dalam.

Akan tetapi sayang, Bayern sudah terlalu jauh bergerak maju. Keteledoran formasi dari Setien yang kabarnya dipecat manajemen seusai pertandingan ini.

Quique Setien hanya bisa terpaku melihat anak-anak asuhnya ditekuk Bayern Muenchen | Getty Images via joe.co.uk
Quique Setien hanya bisa terpaku melihat anak-anak asuhnya ditekuk Bayern Muenchen | Getty Images via joe.co.uk
Kedua, sektor sayap Bayern yang bergerak amat efektif sepanjang pertandingan. Khususnya Ivan Perisic dan Alphonso Davies di sisi kanan seperti membuat Nelson Semedo dan Sergio Roberto seperti dilumat kayak blender sepanjang laga. Penetrasi dan gol Perisic, serta pergerakan Alphonso Davies memang dimulai dari sisi ini.

Semedo setelah membantu penyerangan seperti lupa untuk pulang. Sergio Roberto yang biasanya bertugas untuk mengisi lubang yang ditinggalkan juga seperti lesu. Bayern terus menekan dari sisi tersebut.

Di sisi lain, Joshua Kimmich--- suksesor hebat Phillip Lahm, juga bermain amat brilian dari sisi kanan Bayern. Dia bisa menyisir dari garis pinggir atau tiba-tiba merangsek masuk melakukan gerakan diagonal yang susah diprediksi pemain bertahan lawan.

Di mana Jordi Alba ketika Kimmich bergerak di sisi tersebut?

Alba mungkin sedang bingung menjaga siapa, karena Serge Gnabry pencetak gol ketiga Bayern yang berperan sebagai penyerang sayap kanan juga bergerak liar dan sulit dikendalikan. Jordi seperti dibuat sebagai pemain amatir oleh pergerakan Kimmich ini. 

Mengapa sayap Bayern bisa bergerak leluasa seperti itu? Saya pikir fokus pemain bertahan Barcelona agar menjaga pergerakan Robert Lewandowski dan Thomas Mueller yang terlalu berlebihan membuat banyak pemain seperti tersedot agak terlalu ke dalam.

Thomas Mueller cetak dua gol I Gambar : AFP
Thomas Mueller cetak dua gol I Gambar : AFP
Wajar karena gol awal dari Thomas Mueller, adalah karena Lewandowski dibiarkan membuka ruang, tapi sayangnya sesudah itu Bayern seperti dibiarkan bergerak terlalu bebas dari sayap oleh Barca. 

Siapa yang patut disalahkan? Dua bek sayap Barcelona mati, gelandang tak mampu menutup lubang yang ditinggalkan dan dua bek tengah Barca yang sangat diandalkan yakni Pique dan Lenglet, entah mengapa terlalu mudah dilewati dalam pertandingan ini. 

Sudahlah, karena nampkanya sesudah ketinggalan 1-4 di babak pertama, Barca memang secara mental sudah jatuh.

Ketiga, cara mengisolasi Lionel Messi yang brilian. Di mana Lionel Messi? Jawaban saya adalah mungkin ada di pertandingan lain atau di rumah tetangga, tenggelam hampir sepanjang pertandingan.

Padahal mungkin masih banyak yang ingin agar gocekan Messi yang membuat bek Bayern, Jerome Boateng terjatuh epik dalam pertandingan beberapa tahun lalu itu terulang lagi. Sayang, Bayern dan Boateng sudah belajar.

Yang menjaga Messi bukan Boateng, tetapi David Alaba. Cara menjaga juga berbeda, selain terus disiplin dengan menjaga zona, serta memutus alur bola untuk Messi, Alaba dan Kimmich terlalu rapat dan cerdas untuk dilewati Messi.

Boateng? Satu kali, ia berhasil dikelabui Luis Suarez, satu-satunya gol pemain Barcelona, karena satu gol lain adalah gol bunuh diri.

Gol Suarez adalah satu dari hanya lima shot on target milik Barcelona dibandingkan dengan 13 shot on target milik Bayern sepanjang pertandingan. Lionel Messi memang tak terlihat, membuat kapal Barcelona karam dan perlahan tenggelam, dalam.

Lionel Messi cs Tersingkir dari Bayern 2-8 I Gambar : Reuters
Lionel Messi cs Tersingkir dari Bayern 2-8 I Gambar : Reuters
3 cara yang dipaparkan ini terbukti amat ampuh di balik brace Thomas Mueller dan Coutinho serta masing-masing 1 gol dari Gnabry, Lewandowski, Perisic, dan Kimmich.  

Apresiasi istimewa pantas diberikan untuk Hans Dieter-Flick, mantan asisten Joachim Loew di timnas Jerman dan asisten Niko Kovac ini. Saatnya Flick menyeruduk naik sebagai pelatih top, diantara Pep Guardiola atau Jurgen Klopp yang sudah lebih dulu dikenal.

Saya kira dengan strategi Flick yang sudah klik di Bayern ini membuat mereka semakin diperhitungkan sebagai calon kuat juara Liga Champions musim ini.

Selamat, Bayern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun