Bagaimana bisa Alphonso Davies dapat men-dribble bola melewati Nelson Semedo, lalu penetrasi ke dalam kotak penalti Barcelona, melepaskan umpan terobosan pendek ke depan gawang, dan disambut Joshua Kimmich di tengah kerumunan 5-6 pemain Barcelona. Gol!
Itulah gol kelima Bayern Muenchen yang membuat kedudukan, 2-5. Sesudah itu, Barcelona benar-benar hancur.
Alphonso Davies dan Kimmich adalah dua bek sayap Bayern yang leluasa ikut memporak-porandakan pertahanan Barcelona. Anak-anak Catalan memang tak berdaya di Estadio de Luz. Dalam 90 menit, Barcelona bertekuk lutut, bahkan rebah, dengan skor 2-8.
Ada apa dengan Barcelona? Pertanyaan ini memang tepat, tapi mungkin lebih tepat adalah bagaimana cara Bayern nampak begitu digdaya terhadap Barcelona? Menurut saya ada 3 hal yang dapat dikemukakan.
Pertama, strategi pelatih Bayern, Hans Dieter-Flick, yang klik dalam pertandingan tersebut. Bayern nampak amat percaya diri dengan formasi 4-2-3-1 yang dipilih Hans menghadapi 4-3-1-2 milik pelatih Barcelona, Enrique 'Quique' Setien.
Dalam format baru satu pertandingan saja yang ibarat final, siapa memilih formasi yang tepat maka akan menguasai pertandingan dan lebih besar peluangnya untuk melaju dengan mulus.
Formasi 4-3-1-2 milik Barcelona, membuat mereka memang tampak memilih menunggu untuk melakukan serangan balik daripada menguasai bola lebih banyak atau ball possession. Ini seperti menkhianati gaya permainan mereka, dan Setien lupa, bahwa jika itu dilakukan ketika berhadapan dengan Bayern maka berarti kiamat.
Bayern adalah klub yang fasih memainkan bola lebih banyak, mereka tim Jerman yang amat fleksibel sesuai kebutuhan dan klub yang dihadapi. Hebatnya Hans Flick seperti tahu bahwa Setien akan memilih pola lebih bertahan, sehingga Hans Flick memainkan 4-2-3-1 yang amat agresif.
Salah satu yang menjadi perhatian saya adalah tidak ada gelandang bertahan tipe Javi Martinez yang dimainkan oleh Bayern. Dua gelandang mereka adalah Thiago dan Leon Goretzka yang memang "dilahirkan" untuk menyerang atau memulai serangan dengan visi permainan yang hebat.
Barcelona sebaliknya. Memainkan Frankie De Jong, Sergio Roberto dan Sergio Busquets secara bersamaan membuat lini tengah Barcelona nampak kebingungan siapa yang bertahan dan siapa yang menyerang.
Akhirnya mereka hanya menonton pergerakan Thiago dan Goretzka ketika Arturo Vidal nampak berlari ke sana-ke mari tanpa tujuan.