Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menduga Arah Manuver Arief Poyuono Soal "PKI Dimainkan Kadrun"

19 Juni 2020   22:37 Diperbarui: 19 Juni 2020   22:35 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politisi Gerindra, Arif Poyuono benar-benar sedang naik daun. Pernyataannya tentang Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Kadrun membuat nama Poyuono menghiasi halaman depan media daring.

Sayang, ini bukan soal keberhasilan dalam berpolitik, tetapi sebuah ancaman buat Poyuono yang kabarnya akan diberi sanksi oleh Gerindra.

Poin permasalahan muncul ketika Arif Poyuono mengatakan dengan lugas bahwa "PKI adalah mainan dari Kadrun" dalam sebuah wawancara di kanal Youtube yang akhirnya menuai kecaman dari internal partainya sendiri.

Mahkamah Kehormatan Partai berencana memanggil  Poyuono yang juga Waketum Gerindra untuk mempertanggungjawabkan pernyataannya tersebut.

Ada apa sebenarnya dengan Poyuono dan manuver apa yang dimainkannya?

Setiap tindakan tentu ada maksudnya, bahkan tindakan iseng sekalipun juga ada maksudnya, yaitu bermaksud iseng. Apalagi jika tindakan atau sikap dari politisi seperti Poyuono.

Nama Poyuono begitu populer saat Pilpres 2019 kemarin saat menjadi Jubir Prabowo-Sandiaga Uno. Meski Prabowo kalah, tetapi debat Poyuono melawan Jubir Jokowi, Adian berlangsung menarik dan menghibur.

Sayang sesudah itu, nama Poyuono tenggelam. Bukan saja karena kekalahan Prabowo, tetapi sikap Poyuono memang sering mengundang kontroversi. Poyuono termasuk orang yang terang-terangan mengakui kekalahan dan bahkan sering memuji Jokowi di beberapa  kesempatan.

Jujur, saya juga bingung, Poyuono ini Jubir Gerindra atau Jubir PDIP?

Dulu, saya pikir Poyuono akan menjadi versi terbaru dari Fadli Zon, oposisi tulen Gerindra yang tidak berubah di tengah perubahan zaman, tentu dengan tampilan berbeda. Poyuono lucu sedangkan Fadli sering berusaha lucu tapi tak juga bisa membuat banyak orang tertawa.

Ternyata tidak, saya  keliru. Jika Fadli itu hitam dan putihnya terlihat jelas---meski banyak hitamnya di mata pendukung Jokowi, maka Poyuono abu-abu, samar-samar meski tetap terlihat vokal.

Gerindra mungkin sudah terlalu sabar dengan Poyuono. Biasanya isu "PKI adalah mainan dari Kadrun" ini akan diselesaikan Gerindra secara kekeluargaan. Akan tetapi herannya ini tidak, kali ini Poyuono bahkan diancam dan dipanggil oleh Mahkamah Kehormatan Partai (MKP) Gerindra dan bahkan terancam untuk dipecat.

Politisi Gerindra asal Sumatera Barat, Andre Rosiade yang juga kolega Poyuono saat menjadi Jubir pada Pilpres 2019 lalu  bahkan dengan keras membandingkan dirinya saat dipanggil MKP (soal polemik PSK) dan taat tetapi  Poyuono malah kabarnya berniat mangkir dan ogah-ogahan santai terhadap ancaman ini.

Sebenarnya manuver apa yang sedang dimainkan Poyuono?

Ada dua hal yang saya duga. Pertama, Saya menduga Poyuono ingin berpindah partai, sebelum berpindah maka harus ada kehebohan yang dibuatnya terlebih dahulu, memancing amarah lalu ditendang.

Jika benar pidah partai, kira-kira Poyuono akan pindah ke mana? Entahlah, tetapi menjelang Pilkada atau menuju Pilpers 2024, Poyuono perlu kembali menyiapkan kuda-kuda yang kuat agar dapat melakukan aktifitas berpolitik kembali di partai yang sesuai keinginannya dan bisa membuat karir politiknya terus berkembang? PDIP mungkin?

Kedua, patut diduga Poyuono hanyalah alat Gerindra untuk menarik perhatian publik. Alasan saya adalah  isu ini terlalu tiba-tiba dinaikkan ke permukaan ketika hampir secara bersamaan elektabilitas Prabowo (baca : Gerindra) menurun. Elektabilitas bisa dianggap sebagai popularitas, ketika kehilangan popularitas dan adem-adem saja, itu bisa buruk bagi partai.

Mengharap Fadli untuk menaikkan isu baru sudah terlalu mainstream--bahkan beresiko akan menambah haters tetapi memainkan peran Poyuono yang kerap lucu, sambil menjaga isu ini berkembang dengan cepat dan juga harus diselesaikan dengan cepat internal, maka diharapkan dapat menjaga Gerindra tetap berada di tangga populer menuju Pilkada mendatang.

Ini soal marketing dan gimmick demi rating, di dunia selebriti dan media, hal semacam ini lumrah dilakukan.

Bagi saya, kedua kemungkinan ini bisa saja terjadi. Tinggal ditunggu, bagaimana kelanjutannya, dan dimana muaranya.

Politik itu dinamis dan sulit ditebak. Akan tetapi, jika bicara politik mendekati Pilkada atau Pilpres, ini palingan akan berkutat soal dukungan dan popularitas saja.

Lalu ppa tujuan manuver ini sebenarnya? Saya kira waktu akan membuktikan, kita tunggu saja bagaimana episode Poyuono, PKI dan Kadrun ini akan berlanjut. Hanya Poyuono dan Gerindra yang tahu. 

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun