Politisi Gerindra, Arif Poyuono benar-benar sedang naik daun. Pernyataannya tentang Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Kadrun membuat nama Poyuono menghiasi halaman depan media daring.
Sayang, ini bukan soal keberhasilan dalam berpolitik, tetapi sebuah ancaman buat Poyuono yang kabarnya akan diberi sanksi oleh Gerindra.
Poin permasalahan muncul ketika Arif Poyuono mengatakan dengan lugas bahwa "PKI adalah mainan dari Kadrun" dalam sebuah wawancara di kanal Youtube yang akhirnya menuai kecaman dari internal partainya sendiri.
Mahkamah Kehormatan Partai berencana memanggil  Poyuono yang juga Waketum Gerindra untuk mempertanggungjawabkan pernyataannya tersebut.
Ada apa sebenarnya dengan Poyuono dan manuver apa yang dimainkannya?
Setiap tindakan tentu ada maksudnya, bahkan tindakan iseng sekalipun juga ada maksudnya, yaitu bermaksud iseng. Apalagi jika tindakan atau sikap dari politisi seperti Poyuono.
Nama Poyuono begitu populer saat Pilpres 2019 kemarin saat menjadi Jubir Prabowo-Sandiaga Uno. Meski Prabowo kalah, tetapi debat Poyuono melawan Jubir Jokowi, Adian berlangsung menarik dan menghibur.
Sayang sesudah itu, nama Poyuono tenggelam. Bukan saja karena kekalahan Prabowo, tetapi sikap Poyuono memang sering mengundang kontroversi. Poyuono termasuk orang yang terang-terangan mengakui kekalahan dan bahkan sering memuji Jokowi di beberapa  kesempatan.
Jujur, saya juga bingung, Poyuono ini Jubir Gerindra atau Jubir PDIP?
Dulu, saya pikir Poyuono akan menjadi versi terbaru dari Fadli Zon, oposisi tulen Gerindra yang tidak berubah di tengah perubahan zaman, tentu dengan tampilan berbeda. Poyuono lucu sedangkan Fadli sering berusaha lucu tapi tak juga bisa membuat banyak orang tertawa.
Ternyata tidak, saya  keliru. Jika Fadli itu hitam dan putihnya terlihat jelas---meski banyak hitamnya di mata pendukung Jokowi, maka Poyuono abu-abu, samar-samar meski tetap terlihat vokal.