Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Subur Sembiring Dipecat Demokrat, Inikah Wajah Kepemimpinan AHY ke Depan?

17 Juni 2020   09:04 Diperbarui: 17 Juni 2020   08:56 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AHY dan Subur Sembiring I Gambar : Tribunnews

Tamat sudah manuver politisi senior Partai Demokrat, Subur Sembiring. Partai Demokrat secara resmi telah melakukan pemecatan terhadap Subur karena dianggap susah dikontrol dan melakukan manuver yang merugikan Partai.

Seperti diketahui, Subur sebelumnya bersama beberapa orang yang mengaku sebagai pendiri Demokrat mempertanyakan legalitas kepengurusan Demokrat yang dipimpin oleh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Selain ribut di media, Subur cs juga menyempatkan diri untuk bertemu dengan Menko Kemenves, Luhut Binsar Pandjaitan dan Menkumham, Yasonna Laoly. Sebuah tindakan yang pasti membuat panas pengurus partai di bawah kepemimpinan AHY.

Saya sebenarnya telah menunggu reaksi Demokrat di bawah kepemimpinan AHY pasca manuver Subur. 

Ada beberapa hal yang saya bayangkan akan terjadi; Pertama, AHY akan berusaha merangkul Subur Sembiring cs atau AHY akan “marah” lantas langsung memecat Subur cs. Ternyata langkah kedua ini yang diambil.

Kemarin, melalui  Sekretaris Jenderal Teuku Riefky Harsya,  Partai Demokrat menyatakan telah resmi memecat Subur.

"Hasil dari rapat tersebut menghasilkan Surat Keputusan Dewan Kehormatan yang disampaikan kepada Ketua Umum Partai Demokrat Nomor: 01/SK/DKPD/VI/2020 tanggal 12 Juni 2020 tentang Rekomendasi Penjatuhan Sanksi Pemberhentian Tetap sebagai Anggota Partai Demokrat kepada Saudara Subur Sembiring," kata Riefky dalam keterangan tertulis,  pada Senin (15/6/2020).

Subur Sembiring merespons, Subur menganggap pemecatan dirinya tidak sesuai dengan AD/ART Partai Demokrat karena tidak  pernah dipanggil oleh DPP Partai Demokrat untuk memberikan pembelaan ataupun klarifikasi.

Lebih lanjut Subur menjelaskan bahwa seharusnya berdasarkan AD/ART Partai Demokrat sebelum dirinya sebagai seorang kader dipecat harus ada dahulu peringatan pertama, kedua dan ketiga, tetapi itu tidak diperolehnya.

Dari  apa yang dialaminya, Subur lantas mengatakan bahwa kepemimpinan AHY dianggapnya sebagai kepemimpinan otoriter.  “Harusnya prosesnya begitu, tapi itu semua dikangkangi. Ya berarti kan arahnya otoriter dong,” kata Subur.

****

Saya tidak mau mengomentari atau memprediksi nasib Subur ke depan, bagi saya, Subur sudah tamat di Demokrat, minimal untuk saat ini.

Riak-riak di Demokrat tidak sebesar PAN misalnya, sehingga ruang gerak bagi kader yang coba-coba mau menggoyang pengurus partai untuk saat ini amat terbatas atau hampir tidak ada . Demokrat masih solid.

Hal inilah yang membuat saya heran mengapa Subur mau “coba-coba” saat ini, apalagi geliat Subur ceritanya sudah berlangsung cukup lama, sambil mengintip momen yang tepat. Sayangnya, Demokrat sekali lagi masih kompak saat ini.

Di mata sebagian pengamat, manuver Subur ini dilakukan untuk memanfaatkan pergantian kepemimpinan di Demokrat.

Di beberapa partai, pergantian kepemimpinan memberikan ruang pro kontra, sehingga berpotensi menimbulkan friksi, apalagi jika pemimpin yang baru diragukan leadershipnya.

Dalam konteks ini, AHY mungkin dianggap Subur akan kurang berani dan kuat paling tidak untuk berespon keras terhadap pembangkangan anggota yang dianggap senior.

Subur salah perhitungan, geraknya diembat, status kepengurusannya diberangus. Mau mengatakan bahwa AHY otoriter, tetapi sudah terlambat, nasibnya palingan akan berakhir dengan teriak-teriak di luar, karena secara organisasi Demokrat sudah tidak menerimanya lagi.

Pertanyaan selanjutnya adalah inikah wajah kepemimpinan AHY selanjutnya? Saya pikir iya, dan ini menurut saya ini adalah cerminan kepemimpinan AHY yang kuat. 

Soal Subur ini misalnya, AHY tidak terdengar mengomentarinya, tetapi tiba-tiba Subur sudah ditamatkan.

Jika harus membandingkan dengan SBY, bisa saja langkah memecat Subur bisa saja akan lama, bahkan terkesan ingin merangkul kembali. Meski subyektif, saya merasa  SBY adalah peragu, bahkan amat hati-hati. Sehingga SBY bisa saja “membiarkan” Subur, dan anggap itu sebuah dinamika biasa.

Ternyata tidak bagi AHY. Pihak yang mulai coba-coba tidak loyal kepada partai harus ditendang keluar, simpel dan praktis. 

Tidak ada basa-basi atau keinginan untuk merangkul kembali. AHY mungkin tidak peduli dianggap otoriter—seperti yang dikatakan Subur, yang penting, Demokrat tetap solid dan tidak diganggu. Jangan main-main dengan saya!  Mungkin begitu pesan AHY.

****

Potensi otoriter bagi partai yang kepemimpinannya berdasar trah atau dinasti memang besar, bahkan akan menjadi sesuatu yang lumrah diterima oleh anggota partai.

Di PDIP misalnya, hal ini  sudah terlihat sejak lama.  PDIP adalah Megawati dan Mega adalah PDIP.  

Partai juga seperti membuat legitimasi agar ini berjalan mulus, misalnya pada Piagam Perjuangan PDI-P (PDF) yang tertulis bahwa “Ketua Umum memiliki hak prerogatif untuk menentukan demokrasi di dalam partai, yang membatasi dirinya sendiri berupa kepentingan rakyat.”

Ini berarti bahwa  perintah tokoh sentral seperti Ketua Umum  ibarat sabda yang perlu didengarkan dan ditaati.

Di Demokrat, pergantian SBY ke AHY diprediksi akan serupa dengan yang di PDIP. 

Profil AHY hanya menunjukan perbedaan generasi dibandingkan dengan sang ayah, SBY,  tetapi mengharapkan kebaharuan dari cara memimpin, maka itu hanya akan berakhir dengan retorika.

Wajah kepemimpinan ini yang mungkin akan tergambar di Demokrat di bawah kepemimipinan AHY. 

Pemecatan Subur bahkan seperti sebuah  “warning”, bahwa kepemimpinan AHY akan tetap garang dengan kemafhuman bahwa kemutlakan prerogatif tetap ada pada dirinya, sang pewaris. Jangan coba-coba untuk digoyang atau diganggu. 

Referensi - Referensi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun