Lalu saya heran juga dengan Luhut, ayolah, jangan gampang terpancing dengan hal-hal yang akan menyibukan diri saat energi masih dibutuhkan untuk melawan dan mengatasi pandemi covid-19.Â
Karena itu, Saya bertanya-tanya mengapa para politisi masih bernafsu saling mendebat tak karu-karuan di saat seperti ini?
Saya heran, baik dengan caranya dan keinginan debatnya, apalagi saat bangsa kita masih mesti berjuang bersama melawan pandemi covid-19.
Lha, para pakar, saling nantang berdebat, bahkan saling adu taruhan pula. Untuk apa om?
Saya jadi teringat untuk salah satu tulisan dari Goenawan Muhammad (GM) tentang sebuah perdebatan.
GM mengatakan bahwa perdebatan apalagi jika sudah ada politiknya sudah jauh dari esensi perdebatan yang "murni". Seperti seorang Socrates yang ketika berdebat memang siap dibantah serta membantah, tapi tak pernah bermaksud mengalahkan lawannya hingga takluk.
Socrates ingin menggugah orang untuk berpikir, menilik hidup, terutama hidupnya, dan menjadi lebih sedikit bijaksana dari sebuah perdebatan.
Akan tetapi menurut GM, pengalamannya memperlihatkan bahwa dalam debat, akan seperti  dua pesawat televisi yang disetel berhadap-hadapan. Dia tak mencoba mengerti saya dan saya tak mencoba mengerti dia. Seperti itu.
Artinya, mengenai debat Rizal vs Luhut ini, jika tak mau lama untuk meratap rencana perdebatan ini dan menganggapnya sebagai sebuah kesia-siaan, maka tertawalah buatlah diri terhibur dengan pongah para politisi ini.
Tentang ini, GM menuliskan bahwa debat diselenggarakan untuk jam-jam hiburan---dengan segala ketegangan yang dirasakan dalam menonton itu; atau dalam kata lain debat itu tidak untuk meyakinkan tetapi debat itu untuk membuat kita bertepuk.
Saya pikir akhirnya, saya memilih untuk menghibur diri dan itu adalah pilihan terbaik saat ini ketika melihat tingkah laku aneh dari para politisi kita ini. Ayo pak berdua, silahkan berdebat, kami butuh hiburan.