Saya baru baca berita seru; soal Rizal Ramli yang menantang Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan untuk berdebat, katanya mau bicara tentang utang pemerintah.
Tantangan ini kabarnya untuk memenuhi "undangan" dari Luhut yang dari sebuah webinar seminggu yang lalu mengatakan bahwa jika mau mengkritik, jangan di media sosial saja, tapi Luhut ingin ketemu.
Gayung bersambut, Â Rizal Ramli melihatnya sebagai ajakan berdebat dan menyatakan bersedia melalui Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie Massardi.
Adhie bahkan mengatakan "kemudahan" yang akan diberikan Rizal kepada pihak Luhut dengan mempersilahkan agar para tim ekonomi pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ikut dalam debat ini.
"Bang Rizal minta nanti Pak Luhut itu didampingi oleh tim ekonominya, baik Menteri Keuangan Sri Mulyani, maupun Menko Ekonomi Airlangga Hartarto dan menteri-menteri yang lain yang dianggap menjadi bagian dari tim ekonomi. Sementara Bang Rizal cukup sendirian," kata Adhie, dilansir dari Detik.com.
Bukan itu saja, Rizal bahkan memberikan syarat yang harus dipertaruhkan, jika menang Rizal tidak akan mengkritik kebijakan ekonomi pemerintah, sedangkan jika tim ekonomi pemerintah kalah, maka semua menteri harus mundur.
Ahayy...sampai disini saya kok loyo ya. Harus ada syaratnya pula, dan syaratnya sadis, semua menteri  dari tim ekonomi itu mundur.
Ini jelas emosional, apakah tidak dibayangkan betapa pusingnya jika para menteri harus ramai-ramai mundur karena malu jika kalah debat. Lalu bayangkan sesudah debat, maka headline media daring dan luring tertulis; "Kalah debat, Luhut, Sri Mulyani, Airlangga Mundur". Jadi apa negara ini?
Lalu, mohon maaf bagi pihak Rizal Ramli, tawaran baliknya tidak sebanding. Masak, jika Luhut kalah menteri mundur, dan jika Luhut menang, Rizal tidak mengkritik pemerintah lagi. Ini kan tidak apple to apple, bahkan klengkeng to klengkeng pun tidak. Jika, coconut to klengkeng yes.
Lagian saya tak percaya, jika Rizal Ramli kalah debat dia tidak akan mengkritik pemerintah?
Bagi beberapa orang, mengkritik pemerintah itu seperti sebuah nafas hidup, berjanji tak akan bernafas jika kalah debat, sama saja bunuh diri. Mungkin seorang Rizal Ramli tidak begitu.