Demi kestabilan, Erick Thohir pernah mengatakan tidak akan sering gonta-ganti direksi BUMN, akan tetapi jika ada sesuatu yang mendesak dan penting, maka pergantian besar tetap akan dilakukan. Nama Ahok cukup santer terdengar akan menjadi Dirut Pertamina, ada apa dengan isu panas ini?
Di tengah pandemi Covid-19, perombakan yang cukup besar terjadi di direksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor karya. Empat BUMN yakni PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT PP (Persero) Tbk, PT Hutama Karya (Persero), dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk diutak atik oleh Menteri BUMN, Erick Thohir.
Sebut saja, Entus Asnawi Mukhson yang ditunjuk Erick sebagai direktur utama Adhi Karya, menggantikan Budi Harto, dan Budi Harto dipindahkan ke Hutama Karya untuk menggantikan Bintang Perbowo sebagai direktur utama.
Selain itu direktur utama PT PP (Persero) Tbk, Lukman Hidayat juga diganti oleh Novel Arsyad, dan terakhir, di Waskita Karya, I Gusti Ngurah Putra digantikan oleh Destiawan Soewardjono sebagai direktur utama.
Pihak Kementrian BUMN selanjutnya mengatakan bahwa alasan dari perombakan ini adalah regenerasi, dan hal yang biasa.
Hanya yang pasti menarik dan ditunggu oleh publik adalah desas desus yang mengabarkan bahwa akan ada perombakan juga di direksi Pertamina.
"Perombakannya (di Pertamina) tunggu saja. Nggak banyaklah. Ada sedikit-sedikit kalaupun ada. Lihat saja nanti," kata Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga setelah mendampingi Menteri BUMN Erick Thohir melakukan kunjungan ke Posko Masak Satgas COVID-19, Jakarta, Sabtu (6/6/2020).
Pertanyaan yang paling menarik adalah apakah Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang saat ini menjadi salah satu Komisaris Utama (Komut) Pertamina akan menjadi Direktur Utama Pertamina nantinya?
Jawaban tentang ini juga masih simpang siur. Ada media yang mengatakan bahwa Ahok tidak masuk dalam daftar pendek untuk menjadi direksi, tetapi ada juga yang memberikan jawaban menggantung, bahwa kemungkinan tentang itu tetap ada.
Kuncinya memang ada di Erick Thohir sekarang, apakah Erick merasa bahwa ini adalah saat yang tepat bagi Ahok untuk menjadi seorang direksi atau merasa cukup dengan Ahok tetap menjabat sebagai seorang Komut di Pertamina.
***
Mari kita runut satu persatu. Jika kita tarik agak ke belakang saat penunjukan Ahok, maka nampak ada dua pertimbangan yang mesti dihadapi Erick saat akan mengangkat Ahok sebagai petinggi di BUMN, yaitu penolakan Ahok karena dikenal sebagai sosok kontroversial dan juga harapan besar agar Ahok dapat menjadi figur pendobrak di BUMN agar semakin sehat.
Penolakan Ahok cukup deras saat itu, namun Erick tetap bersikukuh memasukan Ahok dalam struktur Pertamina meski bukan sebagai direksi, tetapi sebagai komisaris.
Ada yang berpendapat bahwa Erick berusaha mengambil jalan tengah, karena tugas seorang komisaris tidak akan menimbulkan pergesekan, karena lebih sebagai pengawas.
Akan tetapi harus diakui, Erick Thohir cukup berani memasukan Ahok, artinya Erick nampak lebih memilih melawan para penolak demi pembaharuan yang diinginkannya di Pertamina.
Terbukti, dalam perjalanannya, Ahok tetaplah Ahok yang ingin bergerak lebih maju, bahkan sempat disindir sebagai komisaris rasa dirut oleh anggota DPR dari Gerindra, Andre Rosiade.
Komisaris rasa dirut ini meski dilihat sepele namun menarik juga untuk disimak. Mengapa? Karena sebelumnya banyak pihak yang sudah memprediksi dan melihat bahwa Ahok tidak akan kerasan sebagai seorang pengawas saja karena peran dirinya dikenal sebagai seorang eksekutor selama ini.
Ahok yang merupakan seorang eksekutor lebih cocok menjadi direktur utama. Sementara tugas komisaris yang diembannya selama ini bukan di operasional, tetapi melakukan pengawasan terhadap direksi dan mengevaluasi program kerja. Meski menjadi bagian, Ahok tetap terbatas.
***
Lalu ini berarti Erick akan segera menunjuk Ahok sebagai dirut? Pertanyaan ini akan lebih menarik jika diberikan pertanyaan lain, apakah selama ini peran para direksi yang dipimpin Nicke Widyawati terlihat minor selama ini?
Jawaban untuk pertanyaan kedua, tentu saja tidak. Banyak rapor baik yang dapat ditunjukan di masa kepemimpinan Nicke, bahkan Nicke dianggap sudah bersinergi dengan baik dengan Ahok selama ini.
Saat menunjuk Nicke, Erick Thohir saat itu mengatakan bahwa membutuhkan orang yang kuat secara teknis di posisi direksi, dan keputusannya menempatkan Ahok sebagai pengawas untuk memastikan kerja teknis dari direksi berjalan dengan baik.
Jika begitu, lalu alasan apa yang akan membuat Erick akan menunjuk Ahok menggantikan Nicke yang sudah baik tersebut?
Saya menduga ada target yang lebih besar. Bisa berupa proyek yang lebih besar, sehingga perlu leadership yang lebih tangguh dan perlu gebrakan yang lebih besar. Untuk ini, Ahok perlu segera turun tangan.
Misalnya hari ini, Kompas.com memuat berita tentang kesepakatan antara Pertamina dan CPC Taiwan untuk menindaklanjuti kerja sama pengembangan Kompleks Industri Petrokimia Terintegrasi yang berada di Balongan, Jawa Barat dengan jumlah investasi spektakuler yang mencapai 8 miliar dollar AS.
Ini kabar baik karena Pertamina sebagai perusahaan migas nasional terus berkomitmen untuk mewujudkan industri petrokimia yang kuat di Indonesia, dan kesepakatan-kesepakatan seperti ini akan terus dibangun sekaligus mengatasi persoalan dan tugas besar Pertamina yang perlu dikejar oleh para direksi.
Tugas besar yang tak ringan yang dimaksud adalah mengurangi ketergantungan impor migas dan merealisasi target pembangunan kilang yang terbengkalai.
Jika kesepakatan itu telah tercapai maka yang perlu dicegah sekarang adalah para mafia tidak diberikan kesempatan untuk mengambil kesempatan di dalamnya, karena itu Ahok adalah jawaban untuk memastikan setiap eksekusi berjalan lancar.
Banyak pihak yang mengakui bahwa nama Ahok sangat bisa menggentarkan para mafia untuk tidak mendekat atau main-main di BUMN lagi.
Jika dugaan saya ini benar, maka kemungkinan besar Erick Thohir akan “memaksa” Ahok untuk turun gunung lagi dan mau menjadi direktur utama. Memang diperlukan seorang eksekutor sekarang yang paling siap.
Kesempatan menjadi komisaris mungkin saja adalah kesempatan penjajakan bagi seorang Ahok sambil menunggu waktu yang paling tepat untuk menjadi direktur utama. Mungkin inilah saatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H