"Kan saya Dewan Pakar. Jadi day to day turut memberi koreksi," jelas Luhut dalam sebuah diskusi online via Zoom, Jumat (5/6/2020)
Apa yang anda rasakan ketika membaca pernyataan dari Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan di atas? Berdebar-debar, atau ada sesuatu yang berkecamuk di dalam hati? Atau hanya biasa saja, jika anda merasa biasa saja, anda bersama dengan saya, santuy om.
Sebenarnya saya tidak sepenuhnya santai, bahkan sempat kebayang judul bukunya Tom Nichols berjudul “Matinya Kepakaran”. Nichols dalam bukunya tersebut menyentil tentang kelahiran atas apa yang disebutnya sebagai “orang-orang yang sok tahu” yang menandai era kematian atas kepakaran tersebut.
Maksudnya seperti ini, bahwa di era media sosial ini, publik akan lebih mendengarkan suara para orang terpandang atau selebriti di medsos, alih-alih mengacu para ahli yang jelas-jelas lebih punya kompetensi.
Lha, apa ini berarti bahwa maksud saya bahwa Luhut tidak mempunyai kompetensi? Ah, tidak juga (ngeles).
***
Sebenarnya pernyataan Luhut ini ada alasan dan konteksnya. Permaklumat bahwa dirinya adalah dewan pakar merupakan jawaban dari pertanyaan mengapa Luhut sangat sibuk mengeluarkan berbagai pernyataan di masa penanganan Covid-19 ini. Koreksi sana sini dan jaga sana sini.
Jawabannya adalah Luhut adalah Dewan Pakar.
Tetapi itu tidak penting sekarang, karena kepakaran itu adalah soal isi pernyataan bukan lagi soal kompetensi kan? Setuju? Jika tidak setuju ya monggo.
Di luar beberapa pernyataan Luhut yang dianggap kontroversial, harus diakui Luhut juga mampu menjelaskan langkah-langkah yang diambil pemerintah dalam penanganan Covid-19 secara sistimatis.