Saat Hari Raya Idul Fitri menjadi momen di mana komunitas Muslim di Korea Utara bisa berkumpul dan bersilaturahmi bersama warga negara asing yang bekerja di kedutaan-kedutaan besar negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) seperti Pakistan, Iran, Palestina, Nigeria, Mesir, Suriah, Nigeria, dan sejumlah organisasi internasional.
Perayaannya diisi dengan bertukar masakan khas negara masing-masing, dengan Indonesia tentu menyediakan sate, rendang, dan es cendol sebagai masakan khas yang paling digemari ditemani dengan lontong sayur, opor ayam, bakso dan rengginang .
Biasanya juga, rutinitas open house saat Idul Fitri ini dijadikan sebagai kampanye  upaya untuk mempromosikan Indonesia di Pyongyang melalui kulinernya, pakaian tradisional batik, kebiasaan yang dilakukan saat berlebaran, hingga nilai-nilai toleransi antar pemeluk agama yang berbeda di Indonesia.
Lalu bagaimana biasanya tanggapan sang Presiden, Kim Jong Un terhadap perayaan Idul Fitri? Tidak pernah diberitakan  bagaimana seorang Kim Jong Un memberikan Selamat Idul Fitri, namun kerap wakil dari pemerintah Korut hadir pada saat diundang oleh KBRI saat hari raya.
Artinya, Kim Jong Un tidak melarang atau menghalangi perayaan Idul Fitri di Korut. Pada suatu waktu kepada publik, Kim Jong Un mengatakan bahwa Korut menjamin kebebasan berkeyakinan di negaranya, statement ini diberikannya sebagai respons setelah Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa  Korut tidak menjamin kebebasan beragama di negaranya.
Saat ini keberadaan Kim Jong Un masih menjadi misteri, setelah terakhir kali muncul di pembukaan pabrik pupuk fosfat pada awal Mei lalu, santer beredar kabar bahwa Kim Jong Un telah meninggal.
***
Hari ini, bukan saja di Korut tapi juga di Indonesia bahkan dunia Hari Raya Idul Fitri dirayakan tak seperti biasanya. Pandemi Covid-19 membuat banyak sekali yang harus dibatasi terutama berbagai aktifitas yang harus dijaga dengan protokol kesehatan.
Akan tetapi makna Idul Fitri sebagai sebuah hari kemenangan tidaklah pudar. Sukacita umat muslim untuk merayakan kemenangan setelah melakukan ibadah puasa sebulan lamanya tetap menjadi sebuah makna penting yang tak akan terhapus dalam situasi yang berbeda ini.
Sebuah perayaan yang sejati tetaplah ada di hati. Silahturahmi memang terbatas, bahkan mayoritas tidak melakukan mudik atau pualng kampung, namun dalam keterbatasan itu, pasti tetap ada sukacita yang terpancar dari wajah karena kemenangan itu ada di dalam hati.
Selamat merayakan Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Batin.