Tak ada hujan tak ada angin, suatu hari seorang teman bertanya pada saya. “Bro, bagaimana sih bisa fokus saat sedang menulis sebuah artikel?”.
Gubraak. Saya terserempak bingung untuk menjawabnya. Ini kan pertanyaan sulit. Persoalannya, saya ini amatir soal yang beginian, level minimal pulak. Ibarat orang mau belajar nyetir mobil, tapi nanyanya pada mantan kondektur. Jadinya gelaplah isi dunia.
Tapi mamak saya pernah menasihati begini; kebahagiaan sejati itu adalah memberi dari kekurangan. Karena nasihat mamak itulah, lalu saya memberanikan untuk menjawab pertanyaan dari teman itu dengan amat seadanya.
“Soal fokus ya Bro? Baiklah. Fokus itu penting dalam hidup Bro” saya mulai bermanuver, sok tahu.
“Lalu…?” tanya teman saya tadi, seperti penasaran akan apa yang mau saya ungkapkan.
“Nah, supaya fokus, banyak minta ampun dosa, lalu hidup harus banyak tawakalnya”
“Lalu, hubungannya dengan fokus dalam menulis apa Bro?”
“Nah itu dia…Bro, sebelum membahas soal fokus dalam tulisan, lu minta ampun dosa lu dulu deh”.
“Kampr*t..”
***
Kurang lebih seminggu, sesudah percakapan yang hampir tak ada gunanya itu, saya tiba –tiba mendapat ilham tentang fokus ini, setelah rampung membaca sebuah buku bagus.