Pagi tadi, saya sempat menengok komentar  seorang teman bernama Endo terhadap postingan teman yang lain di linimasa FB saya. " Jawabannya adalah Polisi India!". Ini nampaknya sudah seperti menjadi jargon atau slogan khas teman Endo, karena rasanya sudah lebih dari 5 kali, Endo berkomentar dengan kalimat serupa di medsos.
Kalimat ini biasanya dituliskan teman Endo untuk merespon postingan soal kurang disiplinnya warga Kota Kupang untuk memakai masker, masih ada kerumunan atau hal lain yang tidak mengindahkan protokol kesehatan.Â
Saat itulah, seperti Spiderman Endo tiba-tiba hadir  tanpa jaring laba-laba, dan seperti bersabda, " Jawabannya adalah Polisi India!".
Mengapa Endo seperti sangat merindukan Polisi India di kota kami ini. Apakah dia pernah melamar menjadi seorang polisi India? atau dia pecinta film Bollywood?
Oh, tidak. Menurut saya kemungkinan pemicunya adalah pasang surut dalam  perkembangan kasus positif Covid-19 di NTT  yang akhirnya membuat heboh Facebookers NTT.
Jadi begini ceritanya. Pada awalnya, kasus positif Covid-19 di Kota Kupang itu berjumlah satu orang. Kejadian  yang secara otomatis merubah status Kupang menjadi "Zona Merah".
Atas kasus perdana tersebut, warga menjadi takut, lebih taat memakai masker dan jalanan menjadi agak sepi dengan tak banyak kendaraan yang lalu-lalang.
Kurang lebih dua minggu kemudian,  pasien tersebut dinyatakan sembuh. Jalanan yang sempat sepi, berubah mulai ramai kembali. Laksana  perayaan satu warga kota keluar rumah karena memenangkan turnamen bertajuk "Zona Hijau".
Disayangkannya, setelah itu sebagian warga  terlihat kembali tak taat pada protokol kesehatan lagi, locus inilah yang membuat teman Endo pantas menjadi geram dan di status tunggalnya di FB dia menulis "Merindukan Polisi India, Sebagai Sebuah Jawaban". Â
Nah, setelah kurang lebih seminggu status zona hijau itu berjalan, Â bukan polisi India yang datang, berita lebih buruk datang dengan 9 orang dinyatakan positif Covid-19 di Provinsi NTT.
Saya ingat saat waktu hari pemberitahuan, berbagai postingan medsos terbaca seperti ini; "mati satu tumbuh 9", " "hmm... semoga tidak tumbuh 1000" dan "Tolonglah kami ya Tuhan.....".