Koentjinya memang tergantung lingkungan di media sosial kita dan cara kita memfilternya. Jika kita adalah orang partai apalagi separtai dengan AD maka postingan yang pro dengan AD akan bertebaran. Namun jika tidak, maka mungkin akan lebih banyak yang cenderung pro NS.Â
Kalau saya, saat ini nampaknya asupan bumbu lebih banyak yang pro NS sih.
Poin yang ingin saya katakan adalah asupan ini harus terkontrol dengan baik. Jangan minim bumbu tapi juga jangan overdosis. Perlu rehat sebentar, dikecap dulu, dirasakan, apa benar takaran ketumbarnya sudah cukup, garamnya, asamnya, perlu ditelaah terlebih dahulu.
Mengapa harus demikian? Karena kita kan sepakat bahwa kenikmatan bukan soal bumbunya tetap juga soal isi dagingnya. Nah, ini yang membuat saya sebenarnya berpikir bahwa ini perlu diletakkan dengan kepala yang dingin bagi kedua pihak.
Untuk simplifikasi, sebenarnya ada dua hal saja yang perlu direspons oleh pihak tuan dan puan dewan dalam hal ini AD cs.
Pertama, benarkah DPR terkesan terburu-buru membahas beberapa RUU yang masih kontroversial seperti Omnibus Law, RUU KUHP, dan beberapa RUU terkait lainnya?
Kedua, benarkah DPR mengimpor jamu dari China yang belum teruji secara klinis untuk penanganan Covid-19?
Ini saja sebetulnya yang perlu dijawab. Jangan seperti mengundang bumbu lain ditambah dengan emosi sambil mengancam membuka aib penanya dan lain sebagainya. Hadehh..
Selebihnya, biar imbang dan jika diperlukan, NS hanya perlu menjelaskan (sekali lagi) posisinya di start up yang dituduhkan oleh dewan. Meskipun saya berpikir tidak terlalu penting jika dipandang dari porsi atau sisi conflict of interest di dalamnya.
"Rusuh" AD dan NS ini sekali lagi menandakan masih adanya kelemahan dari cara komunikasi politik dari para politisi kita. Dalam arti bahwa tidak semua politisi bahkan masih banyak yang belum mampu berargumen, mengklarifikasi, mengonfirmasi, dan sebagainya dengan baik, tetapi lebih suka marah-marah lebih dahulu.
Politik main hantam ini seperti sudah menjadi budaya. Keras tanpa pikir-pikir matang seperti dipilih untuk menjadi pandu. Sayang sekali.