Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Bumbu Penyedap" di Perseteruan Arteria Dahlan Vs Najwa Shihab

5 Mei 2020   17:43 Diperbarui: 6 Mei 2020   09:05 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masak hanya makan bumbu aja tanpa ikan, maksudnya kuahnya saja? Seharusnya keduanya itu imbang. Meski secara pribadi, saya tetap bersikukuh bahwa pilihan daging ikan itu yang utama.

*****

Dari analogi ini saya ingin membahas tentang percekcokan yang sedang panas antara anggota DPR, Arteria Dahlan (AD) dan Najwa Shihab (NS).

Saya menyebutnya dengan “rusuh”, karena hal yang sebenarnya dapat lebih santai dibahas, jadinya ribut tak karu-karuan.

Lihat, pagi-pagi, di salah satu status teman FB, ditulis gini:

“AD itu pernah satu satu kelas waktu kuliah dengan NS. Jadi NS itu pernah membantai AD saat diskusi tentang Euthanasia. (tambahannya) AD itu kakak kelas tapi tidak lulus mata kuliah tersebut”

Apakah status ini benar? entahlah. Tapi ini adalah bumbu yang membuat cerita ini menjadi sedap banget, apalagi bagi yang pro NS kan? Apa yang mungkin akan ada dipikiran kubu ini?

NS lebih pintar dari AD lah, dan mulai menyindir jika AD itu adalah mahasiswa yang tidak lulus mata kuliah, artinya bukan mahasiswa yang pintar dong, masak sekarang bisa jadi anggota DPR? Sedap toh.

Supaya imbang. Ada juga bumbu penyedap yang pro AD. Begini kira-kira nukilan statusnya:

“NS itu sebenarnya sedang balas dendam karena diserang oleh anggota dewan berkaitan dengan start up SEKOLAHMU yang berada di bawah PT Sekolah Integrasi Digital yang mendapatkan penunjukan proyek Kartu Pra Kerja. Konon katanya, start up ini ada hubungannya dengan NS”.

Apakah status ini benar? Lagi-lagi, tidak tahu. Tapi di luar itu, saya lebih tertarik untuk melihat bagaimana asupan bumbu untuk peristiwa ini akan berkembang dengan begitu liarnya di lini masa medsos kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun