Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo Minta Maaf

23 April 2020   21:15 Diperbarui: 24 April 2020   08:37 1612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Taklimat Prabowo membuat sebagian pendukung fanatiknya kecewa berat. Prabowo yang kolerik dinilai menjadi melankolik. Seharusnya ikut mengkritik Jokowi atau minimal diam saja, Prabowo bahkan menyanjung Jokowi. Ada apa ini?

Ketika sedang mencari sumber berita tentang taklimat Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto di media daring, tiba-tiba mata saya tertuju ke sebuah judul berita lawas ; "Prabowo Subianto: Saya Minta Maaf".

Isi beritanya memang sudah usang. Tentang permintaan maaf dari Prabowo terkait pengakuan Ratna Sarumpaet yang mengaku berbohong telah mengalami penganiayaan pada 21 September 2018.

Prabowo merasa permintaan maaf saat itu perlu dilakukannya kepada publik, karena merasa dirinya  telah ikut menyuarakan sesuatu yang belum diyakini kebenarannnya.

Saya lalu mengetikan frasa " Prabowo Minta Maaf" di mesin pencari google, dan menemukan ada  sekitar 2.820.000 hasil (0,27 detik). Banyak sekali.

Dari jajaran hasil pencarian tersebut, ada berbagai judul yang ada; "Prabowo Minta Maaf ke Jokowi Karena Sering....", lalu "Prabowo Minta Maaf tak bisa "sentuh" WNI dari China di Natuna" dan ada juga yang menarik "Prabowo Minta Maaf ke SBY".

Baca Juga : "Battitore Libero", Peran Penting Prabowo Bantu Jokowi

Mengapa tiba-tiba frasa "Prabowo Minta Maaf" ini menarik perhatian saya? Bagi saya, dan mungkin saja bagi sebagian besar pendukungnya, Prabowo itu simbol dari pria yang tangguh dan cenderung keras.

Keras yang dimaksud,  jika memakai teori empat temperamen yang pertama kali dikemukakan oleh Hipokrates (460 -- 370 SM); maka akan klop dengan temperamen Kolerik.  

Dari ilmu Hipokrates, yang akhirnya dimunculkan di Eropa oleh seorang filsuf bernama Immanuel Kant pada tahun 1798, Kolerik itu dipersepsikan sebagai sifat yang cenderung cepat "panas",  dingin atau tidak sensitif, sarkastis bahkan tidak simpatik.

Tentu dengan karakteristik positif dari temperamen ini yakni berbakat pemimpin, dinamis, berkemauan kuat, memancarkan keyakinan, visioner, tegas, disiplin.

Sehingga  menjadi sedikit aneh bagi beberapa orang , jika si Kolerik yang anti sensitif ini berubah menjadi sensitif dan menjadi lebih suka meminta maaf.  

Temperamen yang sensitif ini dalam Pemikiran Hipokrates yang  dimunculkan pada abad ke-20 oleh tokoh-tokoh seperti Tim Lahaye dan Florence Littauer lebih mengarah ke temperamen melankolis atau melankolik.

Artinya, menerima Prabowo sebagai seseorang yang berada di antara kolerik dan melankolik sungguh  akan membingungkan dari perspektif politik.

Meminta maaf dan menjadi melankolik memang bukan mutlak sebagai sebuah kelemahan, namun untuk kepentingan politik, itu bisa dianggap sebagai sesuatu yang kontraproduktif.

Baca Juga : Dua Mata Pisau dari Arahan Evaluasi Total PSBB Jokowi

Taklimat Prabowo dianggap sebagai sebuah simbol Melankolik. 

Maka jangan heran, ketika taklimat Prabowo yang intinya meminta kader Gerindra harus full team, full heart mendukung Jokowi di dalam pemerintahan, maka membuat semua pihak terkejut, terutama para pendukung fanatiknya.

Ada apa ini? Bukankah saat ini bisa dilihat sebagai kans oposisi untuk mengambil kesempatan ketika Jokowi dianggap lemah dari sisi kepemimpinan, apalagi kaum oportunis juga mencoba menggaungkan impeachment Jokowi, meski gaungnya lemah karena masih tidak logis.

Bagi pendukungnya, meski sudah menjadi menteri, Prabowo tetap menjadi figur yang diharapkan untuk dipuja puji demi 2024. 

Sehingga faksi ini lebih memilih agar Prabowo untuk tetap diam daripada mengeluarkan taklimat dukungan  untuk Jokowi.

Berbagai respon diberikan.  Bahkan ada netizen yang menyebut sikap Prabowo ini  dengan kata kasar "ayam sayur" bahkan kolega Prabowo sendiri mempertanyakan taklimat ini.

Secara politik, melihat Prabowo yang nampak melankolik, lembut, baik hati, tidak sombong lewat taklimatnya ini juga tidak saja membingungkan bagi para pendukungnya sendiri, namun juga mungkin membingungkan bagi pendukung Jokowi.

Ini seperti berkah yang luar biasa, karena dukungan dari Prabowo bagi Jokowi tentu amat berarti di kondisi seperti ini. 

Situasi menghadapi pandemi tidak mudah bagi setiap pemimpin negara dimanapun, artinya jika ada kolektifitas secara politik  melalui gaung taklimat Prabowo tentu akan menyejukan dan menguatkan.

Akan tetapi muncul pertanyaan iseng tapi juga relevan. Apakah ada maksud lain dari taklimat Prabowo yang juga menyanjung Jokowi ini?

Menurut saya, tentu saja ada. Tetapi terlalu banyak kemungkinan-kemungkinan yang dapat dikemukakan di balik taklimat politik ini.

Teringat akan catatan soal politik dari seorang Marcus Tullisu Cicero (106-43 SM).

Tokoh yang dikenal sebagai filsuf, politisi, ahli hukum, orator, ilmuwan politik, dan konsul Romawi ini pernah mengatakan bahwa politik itu seperti makhluk hidup.

Bahkan dapat dikatakan makhluk hidup yang ada, dengan beribu-ribu otak, kaki, tangan,mata, pikiran dan keinginan. Dengan semua itu ia akan menggeliat, berputar, dan berlari ke arah yang tak pernah dikira orang.

Terkadang semata-mata demi memuaskan diri sendiri untuk membuktikan bahwa orang-orang yang sok tahu tentang dirinya (politik) itu bisa keliru.

Politik bisa membuat seseorang tampil pada saat lalu sebagai kolerik, namun besok berubah sebagai melankolik, dan menjadi sosok yang nampak mengorbankan hidupnya untuk kesejahteraan bersama.

Akan tetapi pada saat yang bersamaan, politik juga sebenarnya sedang bermain-main dengan egonya sendiri. 

Meski dapat diduga, tak ada yang tahu persis motifnya, kecuali si politikus sendiri dan jawaban pastinya akan melalui rangkaian waktu.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun