Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Haruskah Dunia Meminta Xi Jinping Membujuk Donald Trump?

15 April 2020   20:47 Diperbarui: 15 April 2020   21:37 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China melakukan pertemuan secara khusus di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Osaka, Jepang, Sabtu (29/6/2019). Foto : REUTERS/Kevin Lamarque.

Siapa yang bisa membujuk Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump  yang sedang marah besar? Kemarahan  yang berdampak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terancam setengah mati untuk hidup di tengah usaha dunia untuk melawan Covid-19.

Apalagi, AS adalah donatur terbesar WHO, nilainya mencapai 400 juta dollar, bandingkan dengan China yang hanya menggelontorkan 20 juta dollar. Sebagai informasi, kebutuhan WHO untuk menghadapi pandemi Covid-19 dikabarkan mencapi 1 milliar dollar.

Baca Juga : Donald Trump Ngamuk, WHO Tidak Diberi Dana Sepeserpun

Karena itu jangan heran jika Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres ikut bersuara dan menyayangkan keputusan Trump ini.

"Sekarang adalah waktu bagi persatuan dan komunitas internasional untuk bekerja bersama dalam aksi solidaritas dalam menghentikan Covid-19 dan dampak yang ditimbulkan virus corona itu," kata Gutteres.

Bukan hanya Gutteres, kolega Trump, negara Jerman juga menyayangkan hal tersebut. Melalui Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas Jerman  mengingatkan untuk tidak menyalahkan pihak lain atas krisis pandemik Virus Corona. 

"Menyalahkan yang lain tak akan membantu. Virus tidak mengenal perbatasan," tulis Maas di Twitter seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (15/4/2020).

Maas juga menambahkan bahwa ketika menghentikan pendanaan maka tidak memperkuat PBB dalam hal distribusi alat tes dan penelitian vaksin. 

"Salah satu investasi terbaik adalah memperkuat PBB, yang terpenting lagi WHO yang kurang dibiayai ... dalam pengembangan dan distribusi alat tes dan vaksin," tulis Maas.

Bagaimana dengan China? Sebagai pihak ketiga dalam tuduhan Trump pada WHO, China hanya mengeluarkan pendapat singkat melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian. 

" China sangat prihatin atas pengumuman AS untuk menghentikan pendanaan bagi Organisasi Kesehatan Dunia," sebut Zhao Lijian, dalam konferensi pers seperti dilansir AFP, Rabu (15/4/2020.

"Situasi terkini epidemi global sangat suram. Ini adalah masa-masa kritis. Keputusan AS ini akan melemahkan kapasitas WHO dan merusak kerja sama internasional dalam melawan epidemi ini," imbuh Zhao.

Apakah saran dari berbagai negara  ini akan meluluhkan hati Donald Trump? Mungkin saja, tetapi secara politik hanya Presiden China, Xi Jinping yang dapat menjadi kartu As untuk membujuk  Trump membatalkan pemboikotan pendanaan terhadap WHO ini.

Mengapa harus Xi Jinping? Hegemoni kekuatan China dan karakter kepemimpinan Xi Jinping dianggap bisa menetralisir Donald Trump yang suka tiba-tiba berubah pendiriannya ini.

Baru akhir Maret lalu, Trump menelepon bahkan memuji Xi Jinping.  Kepada Xi, Trump menyebut pengalaman China dalam memerangi Virus Corona COVID-19 sangat mencerahkan. 

"Amerika Serikat berterima kasih atas persediaan pasokan medis China dan perjuangannya dalam melawan epidemi tersebut," ujar Trump, seperti dikutip dari Xinhua, Sabtu (28/3/2020).

Baca Juga : Ternyata Ini Alasan Kemesraan AS dan Rusia Melawan Covid-19

Saat itu juga, Xi meminta agar kedua belah pihak berkolaborasi untuk meningkatkan kerja sama dalam upaya pengendalian epidemi dan bidang-bidang lainnya, serta mengembangkan hubungan tanpa konflik, nonkonfrontasi, saling menghormati, dan kerja sama saling menguntungkan.

Lalu bagaimana sampai keadaan berubah seperti ini? Karakter Trump amat memungkinkan emosi yang tidak terkontrol seperti ini terjadi, sehingga Trump perlu mitra atau pemimpin yang memiliki karakter yang bisa mengimbangi dan membujuknya.

Karakter berbeda  kedua pemimpin ini digambarkan sangat baik oleh pengamat politik, Rizal Malarangeng dalam salah satu bukunya. Begini tulis Rizal ;

"Dibandingkan dengan Trump misalnya, person to person, Xi Jinping akan tampil sebagai sosok yang kalem, berisi dan berwibawa. Donald Trump setelah hampir setahun di Gedung Putih justru menjadi semakin parah".

"Penjelasan favorit saya dalam menggambarkan sosok Presiden Trump sejauh ini, dia tidak memiliki cukup disiplin untuk menjadi seorang fasis dan juga tidak lucu untuk menjadi seorang komedian".

Artinya di dalam karakter Trump seperti ini dengan hegemoni kekuasaan AS yang goyah apalagi saat kerepotan mengahadapi pandemi covid-19, hanya Xi Jinping lah yang mampu mengajak kembali Trump untuk berkontribusi bagi kesehatan dunia.

Jangan anggap ini seperti mengajak tetangga berdamai, namun tentu ada barter dan negosiasi tingkat tinggi yang akan dilakukan. 

Hal ini akan sangat mirip dengan cara Trump "memaksa" Rusia membantu AS dengan mengirim APD dalam jumlah yang banyak ke Washington.

Saat itu, AS santai menyikapi perang minyak Rusia dan Arab Saudi, namun ketika Rusia kewalahan, Trump dan Putin akhirnya saling menelepon, lalu harga minyak menjadi stabil karena intervensi AS dan peralatan medis diterbangkan dari Moskow.

Patut diduga kemarahan Trump juga seperti undangan untuk melakukan negosiasi. 

Saat ini, harus diakui China adalah negara yang paling siap untuk membantu siapapun saat ini.  Persoalannya jika China ingin membatasi bantuannya, siapa yang dapat melarang? Artinya Trump harus memaksa China dengan cara lain untuk lebih banyak membantu AS,  termasuk dengan mengancam WHO terlebih dahulu.

Lalu apakah Xi Jinping akan "luluh" dan membujuk Trump? Sangat mungkin.

Xi Jinping tidak seperti Trump, Xi Jinping lebih dewasa. Xi dianggap sebagai pemimpin neo China yang nampak lebih asertif jika berkaitan dengan kepentingan global. Kekuatan absolutnya yang didapatkan Xi di China membuat dirinya terlihat untuk lebih fokus merangkul negara lain dalam berbagai kepentingan termasuk dalam situasi seperti ini.

Artinya, jika benar ini adalaah "undangan"  Trump, maka Xi Jinping kemungkinan akan menghubungi Trump. Kita tunggu saja, jika negonya cocok, pembicaraannya tidak alot,  cepat atau lambat Trump akan mengklarifikasi pernyataannya, termasuk membatalkan keputusannya untuk tidak mendanai WHO lagi. Semoga.

Salam

Referensi : 1-2-3-4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun