Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Berpotensi Gaduh Opini, Inilah 2 Arahan Istana soal Riset 32 Ribu Kasus Positif Covid-19 di DKI Jakarta

11 April 2020   10:31 Diperbarui: 11 April 2020   10:46 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap anak bangsa ingin berkontribusi di saat pandemi covid-19 ini melalui profesi mereka. Tenaga medis berjuang di rumah sakit untuk membantu para pasien covid-19, para guru berusaha menyiapkan media pembelajaran yang baik untuk anak-anak yang harus bersekolah dari rumah, dan tak mau kalah para peneliti atau periset.

Dari catatan media, sudah cukup banyah hasil riset dari para peneliti tentang Covid-19. Ada yang fokus soal waktu penyebaran, ada yang fokus pada tindakan pencegahan dan bagaimana penyebarannya.

Seperti yang dilakukan oleh beberapa Ilmuwan yang berasal dari ITB, Unpad, UGM, Essex and Khalifa University, University of Southern Denmark, Oxford University, ITS, Universitas Brawijaya, dan Universitas Nusa Cendana melakukan permodelan terkait wabah COVID-19 untuk memperkirakan jumlah kasus virus Corona.

Hasil penelitian ini memang "menghebohkan". Penelitian ini menggunakan data 31 Maret 2020. Saat itu, data pemerintah menyebut ada 747 kasus positif COVID-19 di Jakarta. Namun, menurut penelitian ini, data yang tercatat hanyalah 2,3 persen dari yang sebenarnya, yakni 32 ribu kasus positif COVID-19.

"Jakarta memiliki kepadatan kasus COVID-19 tertinggi di Indonesia, dengan 315 kasus untuk setiap 100 ribu populasi," demikian kesimpulan yang tertera dalam 'Modelling Update' SimcovID Team, draf diterima detikcom pada Kamis (9/4/2020) dari Nuning Nuraini, peneliti matematika epidemiologi ITB yang ikut serta dalam riset ini dilansir dari Detik.com.

Baca Juga: Inilah Skenario Terbaik Untuk Covid-19 di Indonesia

Terhadap hasil peneltian ini, karena dirasa menimbulkan multitafsir dan bahkan dinilai menimbulkan kegaduhan, maka Istana merasa penting untuk memberikan arahan pada para peneliti.

Kemarin Jumat (10/4/2020), atas hasil riset ini, Tenaga Ahli Utama Kepresidenan KSP Dany Amrul Ichdan  berespon dan memberikan arahan atau tanggapan. Paling tidak ada  2 (dua),  arahan dari Istana terhadap hasil riset tersebut;

Pertama, Istana meminta agar hasil riset ini didiskusikan bersama Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.

Harapannya adalah tidak menimbulkan kegaduhan dan mispersepsi ketika opini publik mulai banyak. Istana merespons "Agar tidak gaduh opini publik, research yang bertujuan membangun kolaborasi data ini agar dapat dipaparkan detail di dalam Tim Gugus Tugas dan Kementrian Kesehatan," kata Dany Amrul Ichdan.

Kedua, Istana berjanji akan memfasilitasi para ilmuwan untuk menyampaikan hasil riset-risetnya kepada pemerintah.

Jika ini terlaksana, maka Istana berharpa seluruh elemen masyarakat dapat bersinergi mencegah penularan Corona dengan kontribusinya masing.

"KSP akan membantu fasilitasi (jika diperlukan), dengan semangat saling membantu program prioritas negara, bergotong royong mencari solusi percepatan terbaik, dan bersinergi mencegah penularan yang lebih besar lagi," ucap Dany.

Dua arahan ini perlu diperhatikan Istana, karena perlu cek ricek mendalam terhadap hasil riset apapun meskipun telah diyakini para periset bahwa riset itu sudah melewati kaidah riset yang benar.

Akan tetapi, tak ada salahnya jika perlu diskusi lebih mendalam sebelum riset itu terpublikasi lebih luas.

"Research yang accountable tentu terdiri atas metodologi ilmiah yang bisa diuji secara empiris, baik teknik pengambilan sampel, alat analisis dan pengolahan data statistik yang harus diadakan 'peer review' dalam scope akademis, dan best practice-nya, dalam hal ini adalah framework-nya public health, apakah indikator variabelnya sudah mendalami trend public health DKI khususnya, daerah episentrum atau belum," kata Dany.

Dani juga menambahkan bahwa untuk menganalisis kasus positif masyarakat Jakarta saat ini seharusnya disesuaikan dengan keputusan PSBB. Hal itu menurutnya akan membuat kesimpulan riset lebih terukur.

Apakah itu berarti kesimpulan riset dari para ilmuwan yang dimaksud tidak terukur? Mungkin saja maksud Istana adalah bukan menyepelekan hasil riset dari para peneliti ini, namun dirasa memang alangkah baiknya perlu diadakan diskusi dengan pemerintah, dalma hal ini Tim Gugus Tugas dan Kementrian Kesehatan.

Harapannya, hasil riset berguna bagi tindakan pencegahan penyebaran yang lebih luas dan juga tidak menimbulkan gaduh opini di publik.

Referensi: 1 -2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun