Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sedang marah besar kepada WHO karena situasi wabah covid-19 yang kian menyebar di AS.Â
Apa yang menyebabkan Donald Trump marah? Paling tidak ada dua (2) alasan yang dapat diberikan.
Pertama, Trump menganggap WHO salah memberikan rekomendasi kepada AS pada awal terjadi pandemik covid-19. Sebelumnya pada 31 Januari lalu, WHO menyarankan agar negara-negara tetap membiarkan perbatasan masing-masing terbuka meski ada wabah Corona.
Soal ini sudah ada jawabannya, di awal virus Corona menyebar di China, WHO memang pernah meminta negara tetap membuka perbatasannya. Tapi pernyataan itu diberikan sebelum WHO memutuskan status corona menjadi pandemi global.
Kedua, Trump menilai WHO sangat China-sentris atau bias terhadap China selama pandemi virus Corona ini. " Itu tidak benar." kata Donald Trump.
Soal ini, terlalu banyak penafsirannya. WHO memang sangat empuk pada China, atau ini karena Trump memang tidak suka China.
Baca Juga : Â Soal PSBB dan Lockdown, Jokowi Lebih Taktis dari Erdogan
Hanya repotnya, fokus kemarahan Trump adalah  kepada WHO, dan gawatnya Trump juga mengancam akan menahan dana kepada lembaga kesehatan dunia tersebut.Â
"Kita akan menahan uang yang dihabiskan untuk WHO," ujar Trump seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (8/4/2020
Dari daftar donatur WHO, AS adalah sumber pendanaan terbesarnya WHO, artinya jika ancaman ini jadi dilaksanakan maka bisa saja mobilitas WHO dalam membantu peencegahan covid-19 akan terhambat.
WHO berespon dan tak kalah geramnya membalas Trump, melalui Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Mohon persatuan di level nasional, jangan gunakan COVID untuk poin politik. Kedua, solidaritas jujur di level global. Dan kepemimpinan jujur dari AS dan China," kata Tedros seperti dilansir kantor berita Reuters, Kamis (9/4/2020).
"Kami juga membuat kesalahan seperti umat manusia lainnya," tambah Tedros.
Tedros sepertinya marah besar soal tuduhan China-Sentris Trump kepada WHO. Â
"Kami dekat dengan semua negara, kami buta warna," ujar Tedros.
Sikap Tedros yang mewakili WHO memang tidak mudah disituasi seperti ini. China dan AS adalah negara adidaya yang diharapkan menjadi leader ketika WHO membuat kebijakan untuk membantu dunia dalam bidang kesehatan.
Baca Juga :Â Inilah 2 Alasan Besar Trump Marahi WHO dan Tuduh China-Sentris
Persoalannya adalah ketika kedua negara bersitegang secara politik, WHO harus tampil mengingatkan agar kepentingan politik harus dinomorduakan. Mengapa? Karena ketika dua gajah berkelahi, mudaratnya akan lebih banyak daripada manfaat.
"Yang paling kuat seharusnya memimpin dan tolonglah, karantina politik COVID," cetus Tedros.
Apa yang paling buruk jika ini diteruskan? Bukan saja soal pembiayaan WHO yang akan terganggu, namun turunnya kepercayaan terhadap WHO akan berdampak buruk bagi negara-negara lain yang membutuhkan standar WHO, terutama dalam bersikap saat pandemi seperti ini.
Bayangkan saja akan adanya kebingungan dalam bersikap dan lain sebagainya dari negara-negara yang memang membutuhkan bantuan.
Artinya, WHO, Trump dan China harusnya bisa bersahabat dan melupakan pesaingan politik mereka untuk sementara saat pandemi covid-19 ini.
 Betul kata Tedros, "Karantina itu syahwat politik boss".
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H