Tekanan di dalam negeri terus membesar kepada  Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan unutk  menerapkan lockdown untuk mengendalikan penyebaran virus Corona. Â
Tekanan itu seiring dengan jumlah kasus dimana Turki sejauh ini mencatat 34.109 kasus positif virus Corona dan 725 kematian. Wajar sekali, sebagai bagian dari Eropa, warga Turki bisa saja panik, Spanyol dan Italia sudah porak-poranda dan bisa menyebar kemana-mana.
Seperti yang diceritakan seorang dokter yang bertugas di RS Istanbul, kekuatirannya adalah suawa waktu kapasitas RS tidak akan mencukupi pasien Covid-19.
"Kami menerima semakin banyak pasien setiap hari. Kami akan segera mencapai batas kapasitas kami" kata dokter di RS Istanbul, Rabu (8/4/2020).
Dokter itu berpendapat bahwa jalan satu-satunya adalah adanya langkah tegas dari pemerintah untuk mewajibkan orang untuk tetap tinggal di rumah. "Semua orang benar-benar harus tinggal di rumah, itu harus dibuat wajib".
Baca Juga : Akhirnya Vietnam Nol Kasus, Nol Kematian
Sebuah usulan yang sebelumnya sudah diungkapkan oleh ketua Serikat Dokter Turki (TTB), Sinan Adiyaman kepada media Turki. Â "Mustahil untuk mengendalikan pandemi ini jika jutaan orang pergi bekerja,"
Lalu mengapa Erdogan belum mau menerapkan lockdown? Di berbagai pemberitaan, alasan terkuat Erdogan untuk mempertahankan situasi tanpa lockdown adalah karena Erdogan ingin menjaga roda perekonomian di Turki terus berputar.
"Turki berkewajiban untuk terus memproduksi dan menjaga roda (ekonomi) terus berputar dalam keadaan apapun," tegas Erdogan.
Seberapa penting ini? Jika kita perhatikan, Erdogan bukannya tidak awas terhadap bahaya Covid-19, hanya Erdogan berusaha menjaga agar jangan terjadi dampak lebih besar di bidang ekonomi ketika dia keliru mengambil keputusan.
Soal ekonomi ini, Erdogan seperti  ingin menjaga agar pemulihan Turki secara ekonomi karena resesi yang dipicu oleh krisis mata uang 2018 tetap berjalan.
Erdogan mengatakan perlu untuk mempertahankan output untuk mempertahankan pasokan barang-barang pokok dan mendukung ekspor. "Turki adalah negara yang perlu melanjutkan produksi dan menjaga roda berputar di bawah semua kondisi dan keadaan." kata Erdogan dalam rapat kabinet.
Harapan ini berusaha diimbangi Erdogan dengan aturan yang cukup ketat meskipun tanpa lockdown. Erdogan sudah mengeluarkan larangan pertemuan publik, pembatasan perjalanan antarkota dan mewajibkan memakai masker.
Baca Juga : Indonesia Mesti Cermat, Lockdown di India Berubah Menjadi Tragedi Kemanusiaan
Dalam kata lain, Erdogan sejauh ini hanya menyerukan warga Turki untuk melakukan "karantina sukarela", bukan menjadikannya keharusan atau kewajiban untuk tetap di rumah.
Hal tersebut diatur secara detail seperti menghentikan semua penerbangan internasional, perjalanan domestik terbatas, sekolah tertutup, bar dan kafe, sholat massal dan perlengkapan lainnya untuk menanggulangi wabah virus Corona ini.
Sebenarnya ada satu langkah yang bisa diambil Erdogan di tengah tekanan dan desakan dari berbagai pihak termasuk  partai oposisi  untuk lockdown seperti yang disampaikan oleh  Wali Kota Istanbul, Ekrem Imamoglu.
Imamoglu mengatakan bahwa jika Erdogan tidak mau melakukan lockdown di seluruh Turki dengan jumlah penduduk 16 juta jiwa, maka Erdogan bisa lebih ketat per wilayah, misalnya di Istanbul.
Menurut Immoglu, ini akan sangat efektif, karena jumlah penduduk Istanbul yang mencapai 2,5 juta jiwa saja sudah dapat mencegah penularan dari sekitar 15 persen populasi. "Jika pemerintah tidak melakukannya (lockdown) untuk Turki secara keseluruhan, lockdown dapat diumumkan untuk Istanbul." kata Immoglu.
Sampai saat ini belum ada pernyataan dari Erdogan mengenai lockdown atau kebijakan lain yang bakal diterapkan di Turki. Erdogan masih bersikukuh bahwa inilah jalan yang terbaik bagi Turki untuk menghadapi pandemi covid-19.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H