Erdogan mengatakan perlu untuk mempertahankan output untuk mempertahankan pasokan barang-barang pokok dan mendukung ekspor. "Turki adalah negara yang perlu melanjutkan produksi dan menjaga roda berputar di bawah semua kondisi dan keadaan." kata Erdogan dalam rapat kabinet.
Harapan ini berusaha diimbangi Erdogan dengan aturan yang cukup ketat meskipun tanpa lockdown. Erdogan sudah mengeluarkan larangan pertemuan publik, pembatasan perjalanan antarkota dan mewajibkan memakai masker.
Baca Juga : Indonesia Mesti Cermat, Lockdown di India Berubah Menjadi Tragedi Kemanusiaan
Dalam kata lain, Erdogan sejauh ini hanya menyerukan warga Turki untuk melakukan "karantina sukarela", bukan menjadikannya keharusan atau kewajiban untuk tetap di rumah.
Hal tersebut diatur secara detail seperti menghentikan semua penerbangan internasional, perjalanan domestik terbatas, sekolah tertutup, bar dan kafe, sholat massal dan perlengkapan lainnya untuk menanggulangi wabah virus Corona ini.
Sebenarnya ada satu langkah yang bisa diambil Erdogan di tengah tekanan dan desakan dari berbagai pihak termasuk  partai oposisi  untuk lockdown seperti yang disampaikan oleh  Wali Kota Istanbul, Ekrem Imamoglu.
Imamoglu mengatakan bahwa jika Erdogan tidak mau melakukan lockdown di seluruh Turki dengan jumlah penduduk 16 juta jiwa, maka Erdogan bisa lebih ketat per wilayah, misalnya di Istanbul.
Menurut Immoglu, ini akan sangat efektif, karena jumlah penduduk Istanbul yang mencapai 2,5 juta jiwa saja sudah dapat mencegah penularan dari sekitar 15 persen populasi. "Jika pemerintah tidak melakukannya (lockdown) untuk Turki secara keseluruhan, lockdown dapat diumumkan untuk Istanbul." kata Immoglu.
Sampai saat ini belum ada pernyataan dari Erdogan mengenai lockdown atau kebijakan lain yang bakal diterapkan di Turki. Erdogan masih bersikukuh bahwa inilah jalan yang terbaik bagi Turki untuk menghadapi pandemi covid-19.
Salam