Seharusnya saling bantu di bencana kemanusiaan  seperti pandemi covid-19 dilandasi niat yang tulus atau ikhlas, namun rumus itu tidak dapat digunakan ketika melibatkan dua negara yang menjadi musuh bebuyutan, seperti Rusia dan Amerika Serikat. Tak ada makan siang yang  gratis.Â
Pemerintah Rusia telah mengirimkan bantuan berupa alat pelindung diri (APD) dan pasokan medis lainnya untuk membantu Amerika Serikat (AS) dalam menghadapi virus Corona (COVID-19). Â Hal itu diutarakan oleh seorang seorang pejabat senior pemerintahan AS yang enggan disebut namanya.
"Kita mengharapkan Rusia untuk mengirimkan satu pesawat berisi alat pelindung diri dan pasokan, besok, seperti yang ditawarkan Presiden (Vladimir) Putin kepada Presiden (Donald) Trump," tutur pejabat senior itu, Rabu (1/4/2020).
Ini memang bukan mimpi dari AS yang memang sedang kepayahan menahan laju penyebaran di wilayahnya yang sudah membuat sekitar 188 ribu orang terinfeksi covid-19 menurut data worldodometer hari ini, Rabu (1/4/2020).
Pihak Rusia juga mengonfirmasi kebenarannya, melalu keterangan dari juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov pada Selasa (31/3). "Trump dengan penuh terima kasih menerima bantuan kemanusiaan ini," kata Peskov.
Bukan itu saja, Peskov bahkan menyiratkan bahwa akan ada "balas  budi" yang diharapkan Rusia  dari pemberian bantuan  tersebut. "Penting untuk dicatat bahwa ketika menawarkan bantuan kepada kolega AS, presiden (Putin) mengasumsikan bahwa ketika produsen peralatan dan bahan medis AS memperoleh kesempatan, mereka juga akan dapat membalas (memberi bantuan ke Rusia) jika diperlukan," kata Peskov.
Ada apa ini, bagaimana bisa dua negara yang bisa dianggap sebagai musuh bebuyutan ini, bisa saling membantu saat wabah ini?
Terlalu banyak alasan untuk memahami jika satu sama lain pada akhirnya tidak akan mau saling membantu. Hubungan kedua negara ini tak akan akur karena terlalu banyak persoalan yang memperlebar jurang saling sengketa mereka.
Sebut saja soal Venezuela dan Rusia. Pada Maret 2019, Amerika Serikat meminta agar militer Rusia keluar dari Venezuela. Namun permintaan itu, dibalas Rusia agar Amerika Serikat lebih dulu keluar dari Suriah.Â
Selain itu soal konflik Iran dan AS. Trump bahkan menuduh Putin membantu Iran untuk menyerang markas AS di Tmur Tengah. Tak ada yang akan mau mengalah. Apalagi jika sudah berkaitan dengan kepentingan soal pencaplokan wilayah yang berdekatan dengan komiditi terpenting dunia, minyak.
Minyak?? Ya, inilah kata kunci yang dapat menjelaskan tentang APD dan pasokan medis yang dikatakan sendiri oleh Presiden AS, Donald Trump akan datang dalam jumlah yang besar seusai berbicara dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin  pada Senin (30/3) waktu setempat.
Presiden AS, Donald Trump lalu menuturkan kepada wartawan AS bahwa Rusia mengirimkan alat medis untuk AS. "Paket yang sangat, sangat besar, peralatan medis yang sangat baik," sebut Trump, percaya diri.
Apa yang dibicarakan kedua pemimpin ini selain penanganan virus corona, keduanya membicarakan tentang pentingnya menstabilkan pasar energi global termasuk bagaiman cara yang harus dilakukan untuk menstabilkan harga minyak, terlebih di saat wabah virus corona menyerang seperti saat ini.
Lalu kira-kira, apa peran AS sehingga Rusia "luluh" dengan rela hati membantu AS dalam membantu memerangi wabah virus corona di Negeri Paman Sam itu?
Begini kondisinya. Di pasar minyak, perang harga paling ketat terjadi antara Rusia dan Arab Saudi dengan ternis yang tinggi. Ketegangan antara Arab Saudi dan Rusia telah meningkat sejak Rusia gagal menyetujui untuk memperdalam pemotongan produksi mencapai 1.800.000 barel per hari dalam menanggapi penurunan tajam permintaan global.
Perselisihan antara Arab Saudi dan Rusia tampaknya semakin tebal setelah OPEC dengan Arab Saudi sebagai pimpinannya dan Rusia mengakhiri pertemuan dengan menutup kesepakatan kerja sama lebih dari tiga tahun yang terjalin antara OPEC dan produsen non-OPEC.
Rusia khawatir dengan situasi, karena tidak dapat mengontrol harga, apalagi Arab Saudi punya kekuatan yang dianggap lebih powerful. Harga minyak yang sudah jatuh karena wabah penyakit dan ekonomi global yang lesu, akhirnya semakin anjlok jadi US$33 per barel.
Disinilah peran AS sangat strategis, Rusia sangat membutuhkan AS yang memiliki kontribusi signifikan jikalau mau intervensi dalam harga minyak dunia untuk memperbaiki keadaan ini.Â
Benar, saja setelah Donald Trump berkomunikasi dengan Vladimir Putin melalui sambungan telepon yang terjadi pada Senin (30/3/2020) harga minyak mentah naik. Mau situasi ini terus terjadi, Rusia perlu segera mengirimkan APD ke AS dalam jumlah besar.
Begitulah para "gajah" saling membantu, dengan saling barter, tak ada makan siang gratis bagi kedua negara ini. Keduanya sepertinya percaya diri dengan posisi tawar yang ada. AS kesulitan menangani Covid-19 dan butuh APD, sedangkan Rusia butuh kestabilan harga minyak.Â
Kondisi yang saling membutuhkan dan akan saling menguntungkan kedua pihak. Kita tunggu bagaimana dan sampai kapan simbiosis mutualisme kedua negara adidaya ini akan terus terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H