Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

"Framing" dalam Penyampaian Korban Covid-19 dengan Suara Bergemetar Anies Baswedan

31 Maret 2020   12:51 Diperbarui: 31 Maret 2020   13:28 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Anies Baswedan bersama Forkopimda wawancara formal terkait update media Covid-19, Sabtu (28/2/2020).(Tangkapan layar YouTube) - Kompas.com

Kalimat inilah yang digunakan oleh komentator TS ini, untuk mendukung bahwa pernyataan Anies mungkin saja benar. Mungkin saja?, ya mungkin saja, data 283 itu faktual terjadi, mengatakan bahwa semua penguburan dilakukan dengan protokol covid-19 faktual, hanya angka 283 itu semuanya karena covid-19, mungkin saja.

Lalu bagaimana kemudian melihatnya? Seorang ahli sosiologi yang bernama Erving Goffman yang meletakan dasar framing mengatakan bahwa setiap individu tidak dapat memahami dunia secara utuh dan berjuang untuk menafsirkan pengalaman hidup mereka secara konstan serta untuk membentuk penalaran dari dunia yang ada di sekitar mereka.

Artinya framing yang terbentuk bisa berbeda-beda. Ada yang melihat gesture nada gemetaran saja, ada yang hanya melihat pemilihan kalimat yang dramatis dan dianggap memang disengaja Anies, namun ada juga yang melihat apa yang dilakukan Anues sebagai sesuatu yang biasa saja. .

Pembingkaian ini akan semakin berwarna dan jamak di media sosial apalagi ketika ada sesuatu yang melatarbelakangi (motif) terbentuknya frame-frame tersebut. Entah politik, entah faktor sosial, budaya dan sebagainya.

Ada yang masih melihat berita yang berkaitan dengna Anies adalah pertarungan politik Ahok Anies yang sudah lama berlalu, ada yang masih melihat Anies memainkan "drama" sebagai keinginan menjadi Presiden 2024, atau ada yang melihat Anies yang memang sedang pusing, kuatir, kelelahan menghadapi situasi yang tidak mudah ini.

Artinya, kita hanya perlu memilih menggunakan frame yang mana untuk melihat sebuah peristiwa, meskipun tak dapat dipungkiri bahwa kecenderungannya akan lebih bertolak ke arah bagaimana pikiran kita terbentuk soal tokoh, situasi politik dan lain sebagainya.

Untuk sekarang ini, saran saya, frame itu sebaiknya menjadi sesuatu yang positif, terutama  dalam mendukung pemerintah dalam menangani penyebaran covid-19, baik yang dilakukan Presiden Jokowi, Gubernur DKI Anies Baswedan dan kepala daerah lainnya.

Paling akhir, turut berdukacita bagi seluruh keluarga korban covid-19. Semoga badai covid-19 ini dapat segera berlalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun