Kota itu telah menjadi hotspot dari penyebaran virus ini dengan ribuan orang telah meninggal.
Tak ada lagi pantulan semangat dari Joseph Ilicic atau Alejandro Gomez, pesepakbola yang  sudah dianggap seperti pahlawan karena mengantar Atalanta ke perempat final liga Champions Eropa. Â
Pantulan itu tak ada lagi, karena setiap yang bernafas di Bergamo hanya bisa memohon, jangan ada lagi perkabungan hari ini, tak tahu apabila esok.
Everything will be alright (?),  Semua akan baik-baik saja (?), "andr tutto bene" (?), terserah mau menggunakan atau  menghilangkan"tanda tanya".
Tak ada obyek lagi  bagi saya untuk membayangkan keindahan Italia, tidak di sepak bola, tidak juga di piazza kota.Â
Tak ada wisatawan yang berjalan di jalanan kecil dengan latar bangunan yang indah di Italia, tak ada pasangan yang berjalan-jalan dengan anjing mereka, Â atau sekelompok biarawati yang mungkin sedang bersukacita tersenyum indah ala Monica Belluci setelah pulang dari misa.
Jalanan sepi, kosong. Hanya para petugas keamanan yang berjalan cepat  dengan menggunakan masker dan pentungan, bukan untuk menjaga agar lockdown ditaati saja, tetapi juga untuk menjaga-jaga jika ada jenazah yang perlu dipindahkan.
"Andre tutto bene". Ya, seharusnya demikian harapnya. Ketika kematian jiwa semakin banyak, maka yang perlu bagi hidup adalah harapan bahwa semuanya akan menjadi lebih baik.
Frasa sederhana yang mungkin sempurna untuk dipikirkan saat ini, merupakan perasaan harapan dan solidaritas yang menyatukan orang Italia dalam beberapa minggu terakhir -- bersama melewati ini, tetap di rumah dan bernyanyi bersama dari balkon masing-masing.
Nampaknya pemerintah sudah berusaha melakukan yang terbaik, dan sudah terlalu terlambat jikalau harus saling menyalahkan saat ini.
Orang Italia dari seluruh bangsa terus  merespons bersama-sama dengan tugas masing-masing.