Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Hari Minggu "Corona"

29 Maret 2020   10:59 Diperbarui: 30 Maret 2020   13:42 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi : unsplash

Hari ini untuk pertama kalinya kami sekeluarga beribadah minggu di rumah. Opa dan oma, begitu panggilan kami untuk ayah dan ibu, sudah bersiap dari pagi, jam 7, meski ibadah di rumah rencananya baru akan dimulai jam 8.

Selembar liturgi atau tata acara kebaktian sudah disiapkan setelah kemarin diantar oleh petugas dari kantor gereja. 

Tata cara tidak berbeda dengan di gereja, hanya tidak ada pendeta, atau majelis tertera sebagai petugas di liturgi. Jadi artinya opa, opa dan kami anak-anak yang  mengambil bagian dalam liturgi tersebut.

Opa memulai kebaktian dengan sapaan awal, dan diikuti dengan kami semua berurutan sesuai yang tertera di kertas liturgi. Oh, iya di tata acara ibadah tersebut sudah tertera bagaimana menyiapkan agar ibadah berlangsung dengan aman.

Disebutkan jarak antar orang yang mengikuti kebaktian harus satu meter, masker perlu digunakan bagi anggota keluarga yang sakit dan sebagainya.

Opa dan oma yang paling taat, masker tetap digunakan oleh mereka selama ibadah, meski membuat suara mereka terdengar agak kurang jelas.

Ibadah berlangsung dalam khidmat, meski saya harus beberapa kali menutup mata agar dapat merasakan ibadah seperti biasanya.

Memang beda. Beribadah dengan saudara seiman sewaktu di ruang gereja dengan tata ibadah yang di gereja memang tetap berbeda jika dilakukan di rumah.

Tetapi ya sudahlah, ini untuk kebaikan bersama, apalagi inti ibadah itu menghubungkan kita dengan Tuhan, merasakan kebaikan Tuhan selama ini dan mengucap syukur untuk apa yang telah diperbuatNya, soal tempat bukan sesuatu yang esensial.

Apa yang dirasakan sesudah ibadah? Ya, ketenangan hati. Malah saya akan dengan yakin mengatakan " selamat hari minggu corona"

Biasanya di dalam kebaktian di gedung gereja, ucapan "selamat hari minggu" ini sering disampaikan satu sama lain antar jemaat.

Pernah saya mendengar penjelasan soal ungkapan "selamat hari minggu" ini dari seorang pendeta. 

Dikatakan bahwa ucapan selamat hari minggu itu  dapat berarti adala sebuah pertanyaan. "Apakah anda selamat di hari minggu ini?" Ketika anda membalas ucapan itu, maka seharusnya jawabannya adalah "selamat", namun tak masalah jika dibalas dengan "selamat hari minggu juga"

Saling mengucap "Selamat hari minggu" ini juga bisa bermakna lebih luas. Bisa berarti keyakinan bahwa kehidupan di minggu yang lalu yang telah dilalui,  diimani juga diberikan juga di minggu yang baru oleh sang pencipta. 

Sebuah ungkapan yang menandakan bahwa ada harapan bahwa kehidupan akan "selamat", meski situasi menjadi tidak menentu.  Di dalam bahasa Yunani, kata pengharapan ini ditulis dengan elpis, yang artinya "menantikan yang baik".  

Oleh karena itu, selamat hari minggu corona. Rasanya corona masih akan  menemani kehidupan di masa mendatang, entah satu minggu, dua minggu, satu bulan atau satu tahun, entahlah. 

Tetapi saya yakin akan "selamat", bersukacita menghadapi situasi seburuk apapun di dalam sebuah elpis, penantian menanti sesuatu yang akan baik yang pasti akan datang pada waktunya.

Bukankah itu yang didapatkan ketika seseorang berhubungan dengan sang pencipta? Ya, keyakinan bahwa sesulit apapun kehidupan ini masih dalam kontrol sang pencipta, providensia.

Sesudah ibadah, kami saling tersenyum satu sama lain, merasakan sukacita seperti yang dirasakan dalam ibadah minggu biasanya. Semoga kompasianer yang juga melakukan ibadah di hari minggu meski dari rumah saja  juga merasakan sukacita yang sama.

Oh, tadi di kebaktian, kami menyanyikan lagu ini, KJ 410, Tenanglah Kini Hatiku. Sangat menenangkan hati di hari minggu ini. Saya titip linknya ya disini.


Tenanglah kini hatiku
Tuhan memimpin langkahku
Di tiap saat dan kerja
Tetap 'ku rasa tangan-nya

Tuhanlah yang membimbingku
Tanganku dipegang teguh
Hatiku berserah penuh
Tanganku dipegang teguh

Selamat hari minggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun