Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ada Hal Baik di Balik Kebaktian Minggu di Gereja yang Ditiadakan

22 Maret 2020   14:25 Diperbarui: 22 Maret 2020   14:37 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi : Tribunnews

Saya adalah salah satu yang mengamini sebuah frasa bijak yang mengatakan bahwa di dalam hal seburuk apapun pasti ada hal baik di dalamnya.

Hari minggu ini memang nampak berbeda bahkan sedikit aneh bagi saya. Untuk pertamakalinya sepanjang hidup, kebaktian minggu di gereja ditidakan, dan itu karena wabah covid-19.

Dua  hari sebelumnya Sinode Gereja sudah mengeluarkan himbauan untuk tidak mengadakan kebaktian minggu, sayang Sinode nampak tidak tegas. 

Sinode ternyata juga memberikan saran agar gereja yang tetap mengadakan kebaktian harus mengikuti protokol keamanan atau kesehatan. Seperti mencuci tangan sebelum masuk, memakai masker, duduk berjarak dan sebagainya.

Akibat dari dua opsi ini,  ada gereja yang memang meniadakan kebaktian namun ada juga yang masih berani mengadakan kebaktian.

Dari hari Jumat itu, saya sudah memberitahukan kepada opa dan oma, begitu saya memanggil ibu dan bapak sekarang karena usia yang memang semakin menua dengan jumlahcucu yang terus bertambah. Namun himbauan saya diacuhkan, covid-19 dianggap masih jauh, apalagi sebagai majelis jemaat veteran, pantang bagi mereka untuk tidak bergereja.

Saya memang kuatir, karena bagi saya, covid-19 memang amat berbahaya bagi mereka yang sudah lanjut usia atau lansia ini. Usia opa dan oma sudah di atas 80 tahun.

Tanpa disengaja dan diharap, beban saya berkurang. Di Jumat malam, oma harus diopname karena vertigonya kambuh berbarengan dengan sakit lambungnya. Artinya, jika dirawat lebih lama, oma pasti tidak akan bergereja di hari minggu ini.

Bagaimana opa? Tadi malam---malam minggu, opa ke rumah sakit.  Ternyara selain menengok oma, opa sekaligus ingin meminta ijin kepada kekasih hatinya untuk hari minggu ini bergereja, hebatnya oma mengiyakan. Jadi akhirnya, opa memang bergereja tadi pagi.

Dinihari tadi, di salah satu grup WA harapan saya agar opa menaati himbauan pemerintah sempat mengembang, karena beberapa gereja dengan genre yang sama yaitu gereja tradisional,  memutuskan untuk meniadakan kebaktian. Sayangnya, gereja kami tidak, tetap mengadakan kebaktian sehingga  opa pergi bergereja, pukul 6 pagi.

Sepulang dari gereja, opa memang bahagia namun menceritakan keluh kesahnya berkaitan dengan beberapa hal yang terjadi dan didengarnya seusai kebaktian. Layout gereja nampak aneh baginya, tak ayal seusai kebaktian beberapa lansia terlihat bercakap tentang "keanehan" yang terjadi di gedung kebaktian tadi. Mengapa duduknya harus begini, begitu dan lain sebagainya?

Cerita opa--ini yang sangat disayangkannya adalah masih ada jemaat gereja yang belum tahu bahaya dari virus corona atau covid-19 tersebut sebelum gereja memberlakukan tata letak  khusus hari ini. 

Sesudah ibadah, jemaat yang lemah literasi itu bertanya bahkan nampak mencari tahu tentang covid-19. Hal ini amat baik tentunya.

Bagi beberapa umat atau jemaat, gereja adalah corong kehidupan mereka. Dunia terasa gawat bukan karena berita televisi, tetapi karena khotbah pendeta atau reaksi dari gereja terhadap situasi yang terjadi di luar sana. 

Artinya, saya membayangkan jikalau gereja tidak memberlakukan hal khusus di kebaktian tadi, beberapa jemaat mungkin tidak peduli atau masa bodoh dengan wabah covid-19.

Opa dan oma bisa saja tergolong di kelompok ini, meski bisa dikatakan bukanlah kelompok  kelas berat.

Di kota ini, untuk gereja yang meniadakan kebaktian minggu di gedung gereja maka jemaat diminta untuk berkebaktian di rumah. Saya melihat beberapa keluarga yang mengadakan kebaktian mereka di rumah. Ada yang sendiri, tetapi ada juga yang mengajak keluarga lain untuk bersekutu bersama. Sukacita tetap nampak di sana.

Sehabis kebaktian mereka makan bersama dan berbincang bersama, ada suatu  hal dan kebiasaan  yang menurut saya sempat atau telah hilang dari kebaktian minggu di gereja besar, yaitu persekutuan intim seperti ini.

Jika berkebaktian minggu di gereja besar di kota, sudah agak jarang antar jemaat bisa bertegur sapa sebelum atau sesudah kebaktian. 

Bahkan jabat tangan untuk anggota jemaat di samping kiri dan kanan gereja harus diatur di liturgi atau diminta dari atas mimbar. Problem kesehatian dari jemaat yang semakin besar memang demikian, kehilangan rasa saling memiliki dan kebersamaan, cenderung individual.

Kebaktian di luar gedung gereja tanpa sengaja menumbuhkan itu kembali. Makan bersama, bersekutu bersama nampak terlihat lebih erat, dengan relasi antra anggota jemaat yang lebih sedikit. Di kitab suci, hal ini tentu mirip sekali dengan kehidupan jemaat mula-mula.

Terakhir, saya sebenarnya tidak ingin membicarakan ini, karena ini bisa saja personal, tetapi saya percaya bahwa relasi  pribadi yang terjalin dengan Tuhan bagi beberapa orang jemaat mungkin lebih intim  saat ini.

Kebaktian di gedung gereja seringkali hanyalah dianggap sebagai rutinitas berjamaah, datang, memberi persembahan lalu pulang, hal itu sudahlah cukup.

Akan tetapi ketika "dipaksa" untuk kembali melakukan secara pribadi atau dalam kelompok yang lebih kecil, mungkin saja kontemplasi yang  lebih dalam terjadi . 

Merenungkan kebaikan Tuhan sekaligus  makna dan tujuan hidup di tengah situasi yang serba tidak menentu ini tentu sangatlah bermakna.

Selalu ada hal baik di dalam sesuatu yang nampak buruk.

Siang ini saya menemani oma di rumah sakit. Oma bertanya pada saya, bisakah dirinya mendengarkan khotbah atau firman Tuhan meski terbaring di tempat tidur. 

Saya mengiyakan karena mudah saja itu dilakukan. Saya tinggal mengklik link yang dibagikan beberapa teman yang kebetulan bergereja tepat di jam tersebut. Saya dan oma, akhirnya berkebaktian dari rumah sakit.

Khotbahnya menguatkan, dari Mazmur 23. Tuhan adalah Gembalaku yang Baik. Oma senang, saya pun gembira dan hati ditenangkan.  Doa syafaat kami, bangsa ini lekas terlepas dari wabah virus corona. Amin.

Selamat hari minggu.

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun