Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jokowi, Tolong Jangan Isolasi Ahok di Ibu Kota Baru

6 Maret 2020   10:37 Diperbarui: 6 Maret 2020   10:53 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi dan Ahok I Gambar : Kompas.com

Ahok itu ibarat "petugas pembersih", dibutuhkan dimana-mana.  Menemukan "petugas pembersih" di negara ini menjadi teramat sulit, entah karena kotoran sudah terlalu banyak menumpuk, atau kotoran bisa dianggap berkah. 

Tadi malam saya terlibat dalam bincang kecil dengan  seorang teman yang belum beberapa lama bekerja di satu-satunya perusahaan yang mengurus listrik di Indonesia ini.

"Weh, bahaya oo, hati-hati kerja, awas jangan korupsi, ada Ahok oo?" kata saya sambil bercanda.

" Aehh..kaka, Ahok bukan di kami lah, Ahok di Pertamina"

"Ohh..iya saya salah"

"TAPI kalo dia (menjadi komisaris) di kami, abis banyak orang kaka"

Saya dan diapun lantas tertawa.

Istilah "abis banyak orang" itu bagi orang Kupang berarti sama dengan "sapu bersih". Kotoran-kotoran yang sudah lama dan sengaja dibiarkan akan dibersihkan, jika pohon bahkan akan dicabut sampai akar-akarnya.

Lucu juga, di negeri ini,  Ahok itu dianggap seperti "petugas pembersih"," pencabut pohon" tapi bukan penebang pohon. Eh.

Untuk bahan atau obat pembersih saya ingat pembersih porcelain yang paling ampuh---saya tidak akan menyebutkan mereknya, tetapi cara bekerjanya sangat khas, semakin pedih di tangan artinya obatnya semakin ampuh.

"Petugas Pembersih" itu sekarang telah menjadi Komisaris Utama (Komut) Pertamina. Tak perlu lama di Pertamina, Ahok membuat kebijakan yang membuat Pertamina menjadi lebih transparan.

Laporan bisnis yang dulu tertutup sekarang lebih mudah diakses, pertama, adalah laporan pengadaan termasuk impor minyak mentah atau crude oil, BBM hingga LPG. Lalu yang kedua adalah laporan pengadaan kapal angkut kegiatan ekspor dan impor produk migas.

Eh, belum selesai bersih-bersih, Presiden Jokowi mengatakan bahwa Ahok akan dicalonkan menjadi Kepala Badan Otorita Ibu Kota Baru. Jabatan yang tentu saja keren, karena keren itulah, ada yang pro dan kontra akan dicalonkan Ahok ini.

Bagaimana posisi saya, dalam tulisan "Ahok paling Pas Urus Ibu Kota", saya mengatakan jika soal cocok, Ahok adalah orang yang paling cocok dibandingkan tiga calon lainnya. Alasannya saya sudah beberkan di tulisan ini.

Akan tetapi ada satu hal yang saya kuatirkan yaitu jika benar-benar dipilih, maka  Ahok terkesan akan diisolasi di ibu kota baru tersebut, padahal mimpi transparansi di Pertamina belum sepenuhnya komplit. 

***

Kembali ke prolog saya di awal tulisan. Semua orang waras akan bergembira jika "petugas pembersih" seperti Ahok akan datang, akan tetapi belum tentu dengan para mafia, orang yang senang mencari keuntungan di tengah penderitaan rakyat.  Koruptor termasuk di dalamnya.

Untuk mereka, kehadiran Ahok akan ditentang habis, dan kepergian Ahok akan dirayakan, Ahok membuat zona nyaman yang sudah didisain selama ini diporak-porandakan olehnya.

Ketika kamar menjadi tertutup gelap, Ahok membuka tirai, memasang lampu yang paling terang bahkan panas, sehingga para "kelelawar" akan beterbangan tak beraturan mencari rumah baru.

Disadari atau tidak, sistim kita belum terlalu rapi. Sistim seharusnya menentukan pola kerja orang di dalamnya, namun yang terjadi orang yang menentukan sistimnya.

Artinya, jika dipimpin oleh orang berintegritas dengan etos kerja tinggi, maka akan berubah, akan tetapi jika tidak, maka banyak terjadi penyimpangan menjadi kelam dalam gelap gulita.

Orang yang terganggu akan terus merasa terancam karena kehadiran Ahok, maka jangan heran jikalau Menteri BUMN Erick Thohir dalam beberapa kesempatan mengatakan bahwa dirinya sering diancam orang tidak dikenal karena keberanian melakukan perubahan di BUMN.

Catatan-catatan ini membuat saya kuatir, memilih Ahok menjadi seorang Kepala Badan Otorita Ibu Kota Baru, bisa saja seperti mengisolasi Ahok.

Memilih Ahok, akan membuat ada pihak yang merayakan kepergiannya. Memilih Ahok tanpa disadari membuat dirinya untuk tidak bersinggungan langsung dengan bidang kerja  yang mengatur hajat hidup orang banyak, yang  membuat mafia menjadikanmya sebagai tempat berladang mereka.

Isolasi itu ya seperti karantina. Orang tersebut mengatur dirinya sendiri dan diawasi oleh orang lain. Geraknya menjadi terbatas, bahkan dibatasi untuk tidak bersentuhan atau harus jauh dari kepentingan publik.

Ahok bisa saja terkesan terisolasi jika mengurus Ibu Kota baru. Bagi saya mengurus ibu kota baru itu, susah --susah gampang jika standarnya adalah Ahok. 

Ibaratnya masuk ke dalam rumah baru, lalu kita yang mengatur dimana harus diletakan meja, lemari kursi dan lain sebagainya.

Berbeda sekali dengan kerja di Pertamina. Kursi yang sudah lapuk berlu dibuang, meja yang salah posisinya dipindahkan, bahkan orang yang sudah sekian lama tinggal di dalam rumah harus berani untuk dikeluarkan jika dianggap hanya menjadi parasit.

Lalu kira-kira solusi apa yang dapat diberikan? Hmm, jika Ahok adalah amuba, maka saya berharap Ahok dapat membelah diri. Menjadi Kepala Badan Otorita ya, dan tetap menjadi Komut Pertamina. Sesuatu yang nampak membutuhkan energi besar namun mungkin itulah yang diperlukan.

Hal lain yang dapat dilakukan adalah Ahok tidak menjadi Kepala Badan Otorita, tetapi menjadi seperti Dewan Pengawas. Jokowi bisa memilih Bambang Brodjonegoro sebagai Kepala Badan Otorita, tetapi dengan Ahok sebagai pengawas atau teman diskusi Bambang.

Harapannya adalah ruh tranparansi dan etos kerja Ahok juga menyebar saat pembangunan Ibu Kota baru nantinya.

Jika tetap tidak bisa dan Jokowi tetap bersikukuh mengangkat Ahok menjadi Kepala Badan Otorita, maka kita harus terus berharap, agar standar baru yang diberikan Ahok akan terus berjalan di Pertamina. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun