Saya bertanya-tanya  sekaligus terkejut membaca berita di Kompas.com, dengan tajuk "Gojek Tuyul" ditangkap Polisi, Punya 8.850 Nomor Telepon dan 41 Akun Gojek".
Bertanya apa yang dimaksud dengan "Gojek Tuyul"?. Apa menggunakan tuyul sebagai pengendara Gojek atau bagaimana? Jika benar tuyul, bagaimana caranya membuat tuyul bisa faham teknologi seperti ini?
Sedangkan terkejut, karena jumlah nomor telepon yang dimiliki "Gojek Tuyul" tersebut sangatlah fantastis menurut saya, apalagi jika bicara tentang jumlah akun Gojek yang mencapai puluhan tersebut, untuk apa?
Jawaban atas pertanyaan saya sedikit terjawab dengan isi berita tersebut. Â Dikatakan pelaku yang bernisial MF ang tinggal di Malang dan berusia 35 tahun---berarti bukan tuyul, melakukan manipulasi untuk meraih keuntungan dari Gojek.
Selain membuat akun Gojek yang banyak, pelaku juga membuat 31 akun restoran dan puluhan akun customer dan melakukan transaksi seperti GoFood dan GoBiz secara palsu. Dari manipulasi ini, pelaku memperoleh keuntungan dari poin yang diberikan Gojek berdasarkan jumlah transaksi tertentu dan tentunya merugikan pihak Go-Jek
Melihat gambaran kasus ini, saya lantas mencoba melihat beberapa kasus serupa. Ternyata kasus serupa pernah terjadi bahkan bukan saja merugikan Gojek, tetapi juga Grab.
Pada Februari 2018 misalnya, Grab bahkan merilis bahwa akibat perbuatan  "tuyul" ini, khususnya di Jakarta, pihak Grab mengalami kerugian hingga Rp 600 juta dalam jangka waktu tiga bulan.
Saat itu, manajemen Grab berespons  setelah polisi akhirnya menangkap AA (24), pelaku modifikasi ponsel milik para pengemudi taksi online yang melakukan order fiktif.
Diberitakan, AA dapat  masuk ke aplikasi Grab, lalu masuk ke software dan merubah programnya dan melaksanakan transaksi seperti  mengantar orang, padahal tidak melakukan, hanya diam di tempat.
Bagaimana caranya "tuyul" ini dapat beraksi? Dari perkembangannya, manipulasi ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi. Seperti aplikasi fake GPS yang mampu membuat GPS dengan koordinat palsu dengan setinggan tertentu.
Aplikasi ini dapat membuat rute dapat diarahkan darimana kemana, mengelabui perjalanan seperti sebenarnya padahal dilakukan secara fiktif, namun report yang diterima manajemen ojek online adalah transaksi sehingga diberikan poin.
Dalam testimoni para pelaku, dengan menggunakan cara ini, dalam sehari dapat dilakukan lima hingga enam order fiktif dalam rentang waktu dua jam saja.
Lalu apa yang dapat dilakukan oleh penyedia jasa ojek online ini? Jika ditelusuri, sepertinya manipulasi yang masih terjadi hingga sekarang menunjukan bahwa penyedia jasa nampak tidak dapat berbuat lebih banyak selain mengancam para mitranya---pengemudi ojek agar jangan pernah melakukan manipulasi seperti ini.
Penyedia jasa ojek online tersebut jika mendapati ada pelanggaran, maka akan memberangus akun-akun yang bertindak menipu tersebut, hanya persoalannya penyedia jasa tidak bisa melarang orang yang sama mendaftar dengan akun yang berbeda.
Pada Agustus 2018, Grab sudah lebih maju dengan merilis  fitur 'anti-tuyul' pada aplikasi Grab milik mitra pengemudinya untuk mencegah aktivitas aneh di ekosistem Grab, Gojek mungkin melakukan hal yang sama, hanya persoalannya, ruang untuk mencegah itu secara total juga belum bisa dilakukan.
Alasannya mungkin karena teknologi memang berkembang dengan pesat, sehingga aplikasi seperti fake GPS atau Mock Location dll juga bermutasi menjadi aplikasi yang lebih canggih sehingga masih bisa digunakan.
Selain itu, memasang fitur, lalu melakukan pengawasan secara ketat juga tidak mudah dilakukan, apalagi jika hukumannya hanyalan pemblokiran akun, maka jumlah nomor telepon yang banyak dan akun yang banyak bisa menjadi jalan cerdas para manipulator ini.
Manajemen ojek online mungkin perlu terus berinovasi menemukan cara untuk mencegah ini terjadi lagi. Selain itu bagi publik, selama tidak merugikan konsumen maka tidak terlalu menjadi persoalan. Ya, manipulasi ini jelas hanya merugikan pihak manajemen ojek online.
Konsumen aman, manajemen yang stress.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI