Mohon maaf saja, ini memang akan terlihat kejam, tetapi harus dilakukan. WNI asal Wuhan aja yang dicurigai mengidap Virus Corona diisolasi, apalagi WNI yang dicurigai mengidap kelainan ideologi. Virus Corona menyerang tubuh, tetapi Virus ISIS mengambil tubuh dan jiwa sekaligus.
Soal mereka hanyalah korban karena ikut suami, perlu dipertimbangkan, tetapi kesmapingkan lebih dahulu.
Cara melihatnya tidak seperti keluarga yang tidak punya makan (kelaparan) Â lalu mencuri ayam tetangga, dan di pengadilan dianggap hanyalah "korban" dari keadaan.
Ini beda, beda jauh. Mencuri ayam, tidak "membunuh" satu ras, membiarkan pola pikir dicuri satu doktrin atau ideologi sesat, satu negara bisa habis.
Terkadang saya juga berpikir, sebaiknya tidak pulang. Â Jika nanti seperti imigran, sepertinya pemerintah akan menanggung biaya hidup mereka di sana. Akan tetapi saya kuatir, sampai kapan pemerintah kuat. Â Tetapi jika tidak ada biaya, mending tidak usah dipulangkan saja.
Ada yang tanya begini, dahulu ada yang dipulangkan kok, mengapa sekarang dilarang?
Sekarang saya mau tanya, jikalau punya rumah, terima semua tamu ato tidak? Nah, keputusannya tergantung jenis tamu atau tergantung tuan rumah? Aturannya  tuan rumah kan  bukan tamu kan?
Ah, sudahlah.
Terakhir, kembali soal isolasi di pulau terpencil. Ini diharapkan dapat menjadi  efek jera bagi yang nanti akan coba coba ikut lagi gerakan yang sama.
Deradikalisasi dengan sosialisasi tidak cukup, berikan efek jera. Jika mau membela atau memiliki pandangan berbeda ya, coba tinggal di pulau sendiri. Merenung disana, daripada nanti gagal adaptasi lagi di Indonesia.
Jika ditanya orang nanti akan diisolasi dimana?  Saya akan menjawabnya, sebaiknya diisolasi di Pulau Arwad.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H