Sindiran anggota Komisi VI DPR RI Fraksi Gerindra Andre Rosiade kepada Ahok dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VI dengan PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero) dan PT PGN Tbk berbuntut dengan saling sindir di medsos.
Sebelumnya, Andre mengatakan bahwa peran Ahok sebagai Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) sudah berlebihan karena terlalu sering tampil. Andre bahkan, mengingatkan jangan sampai ada istilah komisaris rasa direktur utama.
Andre lalu memberi saran kepada Wamen Budi Gunadi agar direktur utama berperan sebagai juru bicara. Ia pun berpesan kepada Budi Gunadi agar Ahok tak terlalu tampil.
"Bahwa dirut perannya tetap tampil sebagai juru bicara pimpinan Pertamina. Berharap ke depan itu disampaikan Pak Wamen, jangan terlalu majulah jangan sampai orang bicara ada komisaris rasa dirut," jelasnya.
Sindiran Andre menuai kritikan netizen. Salah satunya dari pengamat politik, Yunarto Wijaya. Dalam cuitannya di lini masa Twitter, Yunarto mengatakan bawah Andre Rosiade lebih keren dari Ahok, Andre itu "DPR rasa Satpol PP".
Jika Ahok dianggap seperti jubir karena sering tampil, maka alasan Andre disebut "DPR rasa Satpol PP" karena pernah memimpin razia kelab malam dan PSK di Padang.
Publik tentu merasa geli, saling sindir ini, apalagi jika bicara tentang pekerjaan rumah yang terlampau banyak yang harus dikerjakan oleh DPR bersama pemerintah berkaitan dengan sepak terjang dan kinerja Pertamina, salah satu BUMN yang mendapat sorotan agar kinerjanya diperbaiki.
Saling sindir seperti gagal fokus kepada PR yang harus dikerjakan bersama. Pertamina di era baru ini diminta agar dapat mengurangi impor minyak dengan berbagai cara, seperti pembuatan kilang dan sebagainya.
Selain itu Pertamina juga perlu didukung dan didorong dapat melakukan percepatan dalam sektor pengembangan energi baru terbarukan (EBT).
Beberapa hal ini hanyalah beberapa hal dari berbagai  persoalan teknis yang harus diselesaikan bersama daripada bicara tentang "Komisaris rasa Dirut" dan sebagainya.
Hanya secara politis hal ini memang sudah diprediksi akan terjadi. Andre bersama dengan Gerindra masuk dalam bagian yang memang tidak setuju Ahok menjadi Komisaris Pertamina.
Seusai pelantikan pada November 2019, Andre mengkritisi dengan tajam cara berkomunikasi dengan Ahok, bahkan mengingatkan apabila kinerja Ahok tidak baik, ia dan jajarannya di DPR tidak akan takut untuk merekomendasikannya untuk dipecat. "Ya, kalau kinerja jatuh, kita minta untuk dipecat," tegas Andre Rosiade saat itu.
Bukan Andre saja, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono bahkan mengatakan bahwa Ahok tak akan bisa membawa perubahan bagi Pertamina.
"Jadi mohon maaf aja ya prediksi saya tidak akan banyak perubahan di Pertamina dengan adanya Ahok di Pertamina," ujar Arief, Senin (25/11).
***
Sekali lagi, ironis. Para politikus kita masih terjebak dalam kegaduhan yang tidak berdampak kepada prubahan untuk melakukan sesuatu yang membawa masyarakat ke arah lebih baik.
Bukan perubahan, tapi nampak di arena publik disuguhi tontonan saling sindir yang tak penting, dan berakhir dengan perang nyinyir di media sosial. Energi politikus terkuras habus hanya untuk berkomentar nyinyir dan terlihat cuma mencampuri urusan orang lain.
Kegaduhan ini tentu tidak mememberi pencerahan pada publik. Tidak ada preferensi yang cukup bagi publik untuk menumbuhkan optimis jikalau politikus masih bermain-main dan tampak gagal fokus mengurus yang seharusnya diurus bersama.
Jika terus terjadi menerus, maka akan tampak tidak elok, bahkan membuat wajah harapan agar ada perubahan di BUMN kita yagn sakit hanya berubah muram bahkan murung.
Akan tetapi itulah mungkin menunjukan level perpolitikan kita. "Komisaris rasa Dirut", "DPR rasa Satpol PP" dan entahlah apa lagi, mungkin bisa menghibur publik kita, mengundang sedikit tawa atau bahkan membuat kita terpingkal-pingkal, meski dalam "gelap".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H